Skip to main content

Tentang mengoleksi #HPjadul BlackBerry

Dulu itu memang gak pernah beli atau punya ponsel BlackBerry. Mungkin karena sudah tahu duluan kalau fungsi perangkat satu ini kelebihannya berada di BBM alias BlackBerry Messenger yang fenomenal itu. Bisa nge-Ping teman dan bahkan kebiasaan ini malah terbawa sampai jaman WA, ngetik P P P untuk menyapa orang.

Pertama kenal dan tahu jeroan ponsel BlackBerry, dari atasan saya Ibu Aries Sujati jaman masih ngantor di Dinas Bina Marga dan Pengairan lantai 3 area Puspem Badung. Era BB Bold 9000 yang masih menggunakan tombol gulir. Dari situ jadi paham bahwa ni ponsel memerlukan jaringan internet untuk bisa on -menerima dan mengirim pesan BBM- yang mana persoalan paket data masih cukup mahal jaman itu, termasuk jika kalian tergolong pengguna bisnis, baru bisa merasakan manfaat fitur utama perangkat BlackBerry lainnya yaitu Push Email. Semacam email yang datang tepat waktu -karena jaringan data on terus- namun dengan ukuran yang lebih compact dari yang seharusnya. Katanya sih berkat server milik RIM Research In Motion yang bisa melakukan kompresi ukuran saat email dikirim pleh pengguna BB.


Saya pribadi dari sekitar tahun 2008 sampai 2011 awal masih betah dengan ponsel Nokia N73 yang punya lensa kamera cukup bagus jaman itu. Meski sebenarnya lensa kamera digital jauh melebihi jika disandingkan hasilnya secara kualitas. Dan pada saat orang mengalami hype ke ponsel Blackberry, bulan Feb/Maret 2011 saya lebih memilih ambil perangkat Android rilis awal milik Samsung, spek tertinggi dari 4 seri yang dirilis bersamaan. Samsung Galaxy Ace S5830 yang memiliki Storage Internal dan RAM terbatas atau dibawah 512 MB. Yang jika disandingkan dengan perangkat BlackBerry jaman itu, ada banyak kelebihan lain yang bisa dirasakan oleh pengguna Android, terutama penyuka Games, nonton filem, atau nyobain berbagai aplikasi lainnya macam Live Wallpaper.

Tapi jangan salah. Saya pernah jatuh cinta pada perangkat BlackBerry dari seri yang masih menggunakan Jog Wheel -tombol scroll di sisi samping bodi- karena melihat iklan Indosat era awal tahun 2000an, lalu BlackBerry Huron yang desainnya persegi, Torch 9800 yang layar sentuh dan slide, BlackBerry Passport yang nyaris bujur sangkar, dan Prive/Keyone yang sudah mengadopsi Android. Hanya saja mahalnya minta ampun.

Meski gak pernah mampu membeli dan punya pada saat ponsel BlackBerry itu hadir dan eksis di pasaran, makin kesini, saya malah makin tertarik untuk mengoleksi seri-seri ponsel BlackBerry, yang mana fitur-fiturnya kini sudah gak lagi bisa difungsikan. Termasuk BlackBerry Messenger yang harus mengaku kalah dengan Whatsapp Messenger.

Kalian pernah menggunakan seri BlackBerry yang mana Gaes ? 

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.