Ujian Pengaksama 9 Menit, Masih Banyak Kekurangan ternyata...
Ini kali pertama saya mendapat mandat untuk menyampaikan Pengaksama ring upacara Pawiwahan, semacam Sambutan jika di agenda rapat resmi, dimana kali ini disarankan agar menggunakan Bahasa Bali Alus.
Dan disinilah kendalanya.
Saya dikirimkan format penyampaian pengaksama ini oleh salah satu mentor Jro Made Sudarsana untuk disampaikan pada tanggal 9 Januari, upacara pernikahan putra ketiga mentor saya satunya lagi, Jro Pande Darmaja pada hari Kamis yang lalu. Jadi terhitung masih ada waktu 1 minggu untuk belajar, minimal melafalkannya.
Jujur, ada rasa kaget dan juga kebingungan saat awal membaca format ini secara keseluruhan. Mengingat kosa kata bahasa bali yang digunakan, bagi saya cukup sulit dan tidak memahami apa maknanya. Maka jadilah saya membuat salinan dokumen untuk dibaca berulang kali secara bertahap. Satu demi satu paragraf lalu dilahap pasca ditanya arti kata dan kalimatnya. Agar bisa memastikan pemenggalan penyampaian dan intonasinya.
Hasilnya H-2 saya merampungkan semuanya.
Setelah dicoba berulang kali, melafalkannya dengan melihat pada teks sesekali, terhitung saya menghabiskan waktu sekitar 9 menitan. Tegang dan makin kebingungan. Karena makin mendekati tenggat waktu.
Astungkara, tadi pagi bisa terlewati dengan banyak catatan dan kekurangan. Beberapa kerabat dan kawan juga senior memberikan masukan, berharap nanti bisa diperbaiki lagi.
Jujur, sampai sore tadi rasanya masih tegang dan capek. Bisa jadi karena beban pikirannya yang tumben mendapat tantangan sebesar ini.
Tapi tetap saya harus berterima kasih pada dua mentor saya ini, karena sudah memberikan kesempatan, pembelajaran, dan masukan. Juga semangat. Termasuk sang penganten Komang Dharmaputra yang memperbolehkan saya berbicara di depan.
Astungkara kedepan bisa lebih baik lagi...
Comments
Post a Comment