Sempat rame di awal bulan Mei soal kenaikan tarif parkir Kota Denpasar, diatur pada naik seribuan per kendaraan yang digunakan oleh masyarakat kebanyakan.
Sementara untuk kelas kendaraan yang lain macam mobil box, truk bus atau kendaraan roda nem belas sepertinya beda lagi pengaturan tarifnya.
Jadi rame karena kini sebagian masyarakat merasa keberatan dengan kenaikan dua kali lipat yang mana kerap diselewengkan oleh para jukir dadakan di beberapa area parkir Kota Denpasar.
Dua kali lipat ?
"Naik Seribuan aja Om... itung-itung bagi rejeki buat Kang Parkir."
Tapi meskipun naik cuma seribuan, rata-rata mereka gak ngasi karcis parkir yang notabene tuh pembayaran parkir bakalan masuk ke kantongnya pribadi. Atau minimal dibagi ke orang kuat dibelakangnya yang merasa jadi penguasa di wilayah setempat.
"Wong cuma seribuan aja kok sewotnya setengah mati Om ?"
Dua Ribu untuk Motor, Tiga Ribu untuk Mobil. Sehari bisa jadi dua tiga kali mampir di kantong-kantong parkir, dikalikan jumlah orang yang mampir.
Pernah terpikirkan gak ya berapa penghasilan bersih para jukir tanpa karcis ini sehari ?
"Ah si Bos duit seribu aja diitungin..."
Apalagi kalo narik parkir di area yang sebenarnya gak sampai lama singgahnya. Macam ATM, atau pedagang kaki lima yang kebetulan rame omzetnya.
"Yawdah si Bos nanti kalo dirampok atau dibegal, gak ada yang nulungin, gimana ?"
Jangankan nulungin kena ancam perampok atau begal, nyariin parkir atau ngeluarin motor atau kehilangan helm pun kadang ditanggung sendiri. Sementara Kang Parkir liar baru nongol pas masyarakat dah siap masuk jalan raya. Itupun kerap ditinggal narik parkir ke pengendara lainnya tanpa disetopin lalu lalang kendaraan lain.
"Halah, capek sama si Om..."
Comments
Post a Comment