Memutuskan untuk membeli sebuah ponsel baru di usia seperti ini, bukan lagi bicara soal prosesor atau besaran memory ram yang dimiliki sebagaimana halnya saat mengenal ponsel pintar era awal 2010an. Atau soal berapa megapixel resolusi kamera yang disematkan di sisi punggung ponsel, karena memang semua itu dirasa sudah gak penting lagi untuk mendukung aktifitas harian.
Kini yang terpenting adalah soal isian kapasitas storage yang dimiliki biar gak ada notif hape penuh tiap kali mau buka pesan image atau video di whatsapp, atau saat bersiap melakukan render video pasca editing yang meminta pengguna untuk menyiapkan sejumlah space yang lega sebagai penyimpanan hasil nantinya.
Sebelum mengganti ponsel dengan cara terpaksa kemarin, sebetulnya ada beberapa impian yang saya harapkan jika saja diberikan rejeki atau memang sudah saatnya mengganti ponsel.
Minimal soal Storage tadi. Yang kalau boleh, sekarang ambil porsi 256 GB biar lega kalau mau render video panjang, atau unduh banyak video dan film bajakan.
Lalu ada NFC, karena rasanya saya akan membutuhkan teknologi satu ini untuk melakukan transaksi non tunai di banyak tempat.
Terus, ada kapasitas batere jumbo sebetulnya. Yang memungkinan ponsel bisa bertahan minimal 2 harian tanpa charging. Tapi ini bisa dikatakan imposibble jika sudah mengaktifkan koneksi data.
Satu lagi kalau boleh, dimensi layar yang kalau ada nemu, sekitar 7inch atau 8. Laiknya sebuah perangkat tabletpc. Yang punya fitur jaringan selular dan telepon.
Pada akhirnya, saya mengabaikan dua impian terakhir baik soal kapasitas batere maupun dimensi layar. Lalu menaikkan opsi Budget yang gak lebih dari harga 5 Jutaan. Kasihan uangnya kalau harus dibelikan sebuah iPhone yang memiliki harga dua kali lipat. Cukup itu saja.
Dan pilihan pun jatuh pada Samsung Galaxy A35 5G yang bisa mengakomodir semua kritetia diatas tadi.
Sudah kadung cinta mati pada produk Samsung sejak awal kenal Android.
Comments
Post a Comment