Skip to main content

Cerita Shuttle Pura Besakih

Seharian kemarin kami tangkil ke Pura Batur dan Pura Besakih mengajak serta anak-anak. Si sulung Mirah dan duo bocil Intan dan Ara.

Kami tiba di parkiran Besakih jelang tengai tepet, jam 12 siang. Mengingat jarak yang cukup jauh untuk berjalan kaki dari area parkir, sempat kepikiran buat nyari shuttle untuk dua bocil dan ibunya. Sementara si sulung ngotot pengen jalan kaki naik ke pura dari gapura besar. 

Eh ditolak petugas...

Kata Buk Petugas di area antrean, hanya lansia, ibu hamil dan anak dibawah usia 5 tahun yang boleh naik shuttle... lainnya ndak boleh.

Tapi BOONG. KENA PRANK ternyata.

Karena pas kami balik turun usai persembahyangan, banyak lihat pasangan usia produktif, dan anak jelang remaja, terlihat di kursi shuttle di jalan naik menuju pura. 

Beberapa pemedek yang sedang berjalan kaki naik menuju pura sempat protes ke petugas shuttle, karena rupanya tadi mereka ditolak petugas.

Bersyukur meski duo bocil kami yang kelas 2 dan 5 harus kelelahan naik dari parkiran sampai pura prapen (dari Penataran Pande naik lagi ke atas), tapi bisa kembali pulang dengan sehat selamat dan ceria pasca dibelikan es krim roti ala Singapura. Lokasinya di sisi kiri pas turun dari pura menuju gedung parkir.

Sementara beberapa pemedek yang tampak memotret/videokan shuttle yang memuat di luar persyaratan baku petugas, mengatakan "to artinne irage icennine kesehatan jak ida betara, buktinne nyidaang bolak balik mejalan..." 

Ya, benar dan disyukuri juga. 

Sempat agak bingung juga di awal pas nyampe parkiran. Ada banner petunjuk terkait tiket shuttle yang diarahkan ke gedung toilet atm dan lainnya. Tapi petugas disitu mengarahkan kami ke area tunggu disebelah gapura.

Karena ada kata "tiket" disitu, kami tanyakan berapa harganya ?

Info Buk Petugas, digratiskan bagi Pemedek. Tapi dikhususkan bagi lansia, ibu hamil, dan anak berusia 5 tahun ke bawah. 

Makanya kami ditolak semua naik shuttle meski berkeinginan membayar untuk 2 bocil dan ibunya...

Dan rupanya soal gratis bagi pemedek ini merupakan buah dari protes pemedek pada hari hari sebelumnya yang diminta membayar 20ribu per orang. 

Jadi beneran ada yang mengeluh soal bayar 200ribu untuk 10 orang keluarganya yang tangkil ke Besakih dan memanfaatkan shuttle

Semeton yang tangkil, seandainya ditolak juga memanfaatkan shuttle, bisa naik ojek juga yang tersedia di lokasi. Gak rebutan lagi kayak dulu karena stoknya banyak, dan jejer antre. 

Bagi yang bawa anak usia DIATAS 5 tahun, dan gak berani dilepas bonceng ojek...

Bisa juga sewa motornya sekalian biar bisa gandeng si kecil, tapi dibuntuti pemilik motor, yang digandeng ojek lainnya. Jadi bayarnya tetap 2 kali.

Barutau yang modelan begini pas kami balik turun ke parkiran. 

ih tau gitu dari awal ambil opsi begini aja.

Eniwe, tetap bersyukur pada akhirnya kami berlima bisa tangkil ke Batur dan Besakih kemarin, meski lelah berjalan kaki jam 12an siang, dari gedung parkir naik hingga Penataran Pande dan Pura Prapen diatasnya... 

Pengalaman pertama bagi 2 bocil kami.

Info tambahan, yang di Pura Ulundanu Batur sebetulnya sudah mesineb tanggal 5 April kemarin. Tapi pemedek masih membludak di jaba tengah untuk muspa di area utama pura. Jadi yang sabar ya Ton. Ingat kita ke pura untuk bersembahyang.

Pura Prapen yang kami maksudkan diatas, tercatat dengan nama Pura Pemuput, yang lokasinya masih harus berjalan naik lagi dari Pura Penataran Pande.

dan kalau boleh saran masukan terakhir, saat memutuskan untuk tangkil ke pura Batur dan Pura Besakih, siapkan mental dan pola pikir bahwa ini adalah proses kita "bertemu" dengan-NYA, melalui banyak aktifitas "olahraga" dan kesempatan bersama keluarga.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.