Ada masa dimana saya begitu men'dewa'kan sosok Iwan Fals sebagai musisi Indonesia terfavorit gegara karya-karyanya yang begitu mengena dan sesuai dengan selera juga semangat hidup di jaman itu.
Jiwa muda menggelora dimana yang namanya idealisne masih terpatri teguh dalam perilaku.
Namun lantaran masih minimnya akses informasi pada era dimana internet belum ada di udara, membuat media cetak begitu berarti untuk diburu, digunting dan disimpan dalam belasan buku gambar kecil, lalu disampul dan diberi judul. Demi sebuah cerita tentang sang idola.
Mengumpulkan kliping adalah hal lumrah yang dilakukan oleh murid sekolahan di jaman itu.
Yang tidak lumrah adalah, cerita tokoh yang dikumpulkan berasal dari sejumlah media dari masa ke masa, setiap kali pulang sekolah dari jaman SMP. Baik tabloid gosip, koran harian hingga media yang dibredel pemerintah orde baru, dan majalah remaja hingga wanita.
Aktifitas ini dilakoni hingga jenjang SMA, yang pada akhirnya memutuskan untuk menulis sendiri perjalanan sang musisi di majalah sekolah sepanjang 4 halaman.
Kasihan banget pewarta yang mengetikkan kembali ketikan manual saya sebagai draft majalah Candra Lekha di jaman itu. Capek katanya.
Sementara di masa kini, semua informasi terkait apa dan siapa, begitu mudah didapat. Demikian halnya Bang Iwan Fals, yang begitu rajin ngeTwit asal di akunnya sendiri, termasuk sharing Live Konsernya di Channel YouTube, termasuk obral obrol soal cerita inspirasi karya di jaman dulu dan kisah tak terungkapnya di banyak YouTuber lainnya.
Tapi tetaplah, semua cerita yang pernah saya baca dan simpan di masa lalu, menjadi sebuah kenangan tak ternilai.
Comments
Post a Comment