Beban terberat dari melaksanakan tugas sebagai Kelihan Adat Banjar Tainsiat yang notabene dicalonkan dan dipilih oleh krama adalah saat berhadapan langsung untuk menyampaikan pertanggungjawaban tahunan, dimana mengharuskan diri berada didepan banyak orang, yang berasal dari berbagai usia, berbagai keluarga, dan berbagai kepentingan. Selain grogi karena ini adalah pengalaman pertama di masyarakat, yang lebih memberatkan lagi adalah menggunakan Bahasa Bali Alus dalam penyampaian yang notabene kini mulai banyak dilupakan orang.
Jujur, seminggu ini saya mengalami tekanan secara pikiran, menanti waktu Pleno Banjar dilaksanakan, hari Minggu 12 Maret 2023.
Dari gelisah gak bisa tidur, otot leher menegang dan nyeri, sampe merasa ilfil alias hilang hasrat saat berhadapan dengan laptop.
Mengingat didaulat menjadi pembuka agenda rapat semacam Moderator, termasuk yang menanggapi hingga mengakhiri. Pengennya agar agenda Rapat Pleno banjar ini bisa segera berlalu.
dan memang baru saja bisa berlalu.
Meski dengan banyak catatan penting secara pribadi.
Setidaknya dibutuhkan susunan Acara secara internal kami selaku Kelihan Adat Banjar Tainsiat, untuk menjaga agenda penyampaian informasi bisa lebih terjaga dan terstruktur. Sementara itu tadi macam bola liar. Kelihatan sekali moderator acara, dalam hal ini saya secara pribadi, belum mampu menguasai floor dengan baik.
Sementara itu, pencattan pertanyaan yang disampaikan, belum optimal saya rasa. Sehingga ketika berusaha ditanggapi tadi, masih ada yang terlewatkan bahkan berkesan bingung saat mau diserahkan untuk dijawab.
Meski demikian, secara keseluruhan saya kira apa yang sudah dilaksanakan tadi, sudah cukup untuk pemula seperti kami, yang notabene merupakan pengalaman pertama kali berhadapan dengan warga.
Semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.
Comments
Post a Comment