Ternyata meskipun saya selalu hadir setiap kali pengambilan pesanan milik istri di beberapa venue seputaran rumah ataupun kantor, yang dikenal oleh para pemilik adalah nama 'buk Alit' ketimbang nama saya sendiri.
Warung lawar Bu Rai Kerni misalnya.
Biarpun saya baru datang, duduk sante menunggu antrean sambil main hape, tapi biasanya diberikan mendahului dari 1-2 orang lain dengan alasan sudah melakukan pesanan sebelumnya. Itupun gak perlu menyebut nama dan apa pesanannya, karena Bu Rai penjualnya hafal saya mengambil pesanannya Buk Alit lengkap dengan rinciannya. Lawar 100, Sate 20, Ares 20.
Termasuk hafal juga dengan pesanan tambahan 5 tusuk sate lilit yang biasanya dinikmati sebagai 'penyemeng sembari lanjut ke aktifitas lainnya.
Nama 'buk Alit' juga langsung disebut begitu saya turun dari kendaraan yang terlihat langsung dari si penjual Warung betutu Bu Wati atau yang dulu dikenal dengan Liku Gatsu. Tanpa perlu duduk manis mengantre, tanpa perlu menyebut nama.
'Buk Alit satu bungkus dik...'
Bahkan saat melakukan pemesanan nasi goreng pas jam makan siang di kantor lewat telepon ke nomor Mas Pur, yang disebutkan oleh yang bersangkutan pas diminta antar adalah 'owh ini suaminya Buk Alit yang di lantai 2 itu kan ?'
Duh... nama 'Buk Alit' tampaknya memang lebih beken ketimbang nama saya sendiri...
Rahajeng nyanggra penampahan Galungan ya Gaes...
Comments
Post a Comment