Susah Senang jadi Orang yang Tinggi (badannya)
Sering jadi pusat perhatian.
Ya mau gimana lagi ? Wong di generasi saya, bisa dikatakan cukup susah menemukan kawan yang tingginya bisa menyamai bahkan melampaui. Kalaupun nemu, rata-rata punya latar belakang pemain basket. Gak kayak saya yang hanya pemain Onet. Jadi pas berdiri di kerumunan, biasanya langsung kena tunjuk mau diapain ini itu sama pimpinan. Dan gak hanya sekali dua, tapi sering.
Termasuk pas Sekda Badung jaman pak Subawa sidak krida hari jumat pagi di lapangan Lumintang, dengan mudahnya saya di’tangkap’. Apes.
Tapi senangnya ya liat ekspresi mereka pas bengong atau kagum, lalu minta saran biar anaknya bisa setinggi saya, apa aja rahasianya ?
Kalo gak makan kacang panjang ya tiang listrik.
Susah cari Ukuran outfit.
Jaman Kuta masih jadi satu-satu solusi, efeknya ya kalo bukan barang ber-merek, soal harga sudah pasti mahal. Jadi bukan karena soal gaya-gayaan saya hampir selalu pake sepatu merek Reebok, Diadora atau Nike jaman sekolahan dulu, apalagi pas temen nyeletuk ‘sendal kamu mahal banget, kasian ortu beli sampe 250ribu -jaman itu-‘ tapi ya mau bilang apa ? Memang susah nyari yang sesuai.
Ada juga yang komen ‘bajunya itu itu mulu, gak sesuai dengan sikon acara’ ya mau gimana
Bersyukur jaman jani, semua outfit sudah makin dipermudah untuk didapatkan. Main ke gerai fashion yang belakangan menjamur di kota Denpasar, ada aja satu deret yang diperuntukkan bagi mereka yang punya tubuh big size. Pun dari lapak online macam Lazada dengan berbagai produk China dari baju sampe sepatu ukuran 48 pun ada. Terjangkau pula.
Kepentok Kusen
Ini yang paling sering.
dan gak cuma Kusen pintu sih, tapi juga atap atau plafond rumah jaman dulu, konstruksi kayu bahkan gak jarang besi baja, juga palang melintang di tengah jalan. Sakitnya tuh bukan main.
Bersyukur baik di rumah sendiri maupun milik mertua, sudah mulai menyesuaikan ukuran kusen pemilik atau menantunya. Jadi minimal sudah gak lagi ‘mekaplug gidat’ sejauh ini.
Jadi ‘alat bantu’ berteduh
Biasanya kejadian pas sesi upacara bendera ataupun lagi berdiri berjajar di keramaian siang hari nan terik.
Di bagian ini, kalaupun memang berguna sih saya senang-senang aja. Kan bisa menghemat biaya skincare ibu-ibu yang minta bantuan, atau juga istri yang kata dia gara-gara punya penyakit bawak-an dari kecil. Toh sinar matahari merupakan Vitamin D yang banyak disukai orang -dendeng-.
Perusak Skala
Istilah satu ini adalah yang paling sering disebut jika kami melakukan sesi foto bersama. Teman-teman yang memiliki penyakit bawak-an biasanya memilih berdiri jauh dari saya, atau bergerombol dengan rekan sebayanya agar tak nampak menjadi orang mini jika tertangkap gambar bersebelahan dengan saya.
Memang susah kalo venue atau area fotonya merupakan tempat flat dan lapang. Itu sebabnya, bagi yang sudah paham biasanya memilih tempat yang berundak dan saya diminta berdiri di undakan paling bawah. Atau dalam pose duduk. Jadi gak merusak skala tubuh mereka saat foto dipajang di media sosial.
Apa-apa jadi serba lebih
Dari ongkos laundry, besar packingan atau tas ransel saat perjalanan dinas, kapasitas rak penyimpanan yang perlu lebih banyak, hingga pembagian seat pesawat kelas ekonomi di luar Garuda. Pun termasuk dudukan jok mobil yang harus dilonggarkan dan direbahkan *kasian banget bagi mereka yang kebagian duduk dibelakang sopir, apalagi sepeda motor size standar. Gak heran kalo masa sekolahan sampe kuliah, gak ada cewe yang mau gandengan di motor saya karena jok-nya habis diduduki.
Comments
Post a Comment