Skip to main content

Jadi couple Penikmat Kopi

Menikmati kopi panas saban pagi hari jelang beraktifitas, rasanya sudah menjadi kewajiban bagi saya selama lima tahun terakhir. Disajikan dalam sebuah mug atau gelas dengan kapasitas sepertiganya. Sedikit tapi berasa.

Sayangnya, saya bukan penikmat kopi hasil racikan para Barista yang banyak diperjualbelikan pada gerai atau tempat nongkrong anak muda jaman sekarang, pun dalam bentuk kopi yang ditakar atau proses racikan sendiri dengan berbagai teknik. Yang kalau boleh dikatakan sebagaimana istilah jaman now, hanyalah seorang Baristan atau Barista dengan racikan kopi instant.
Atau dengan julukan yang lebih parah lagi, lantaran kopi yang dinikmati adalah berasal dari sachet kopi instant yang dijual di sejumlah warung depan rumah ataupun sekitaran pasar.

Adapun kopi sachet yang saya sukai sejak awal ngopi di tahun 2000an cukup beragam.
Dari Tora Bika Cappucino, Good Day Original atau Vanilla Latte, Indocafe Cappucino, lalu berpindah dan lebih intens lewat Tora Bika Espresso pada tahun 2017. Hingga kopi instant terakhir yang dibekali dengan serbuk kopi espresso ini tak lagi di produksi.
Saya pun kemudian menjatuhkan pilihan pada Tora Bika Creamy Latte yang dikemas dengan gula terpisah. Biasanya gula terpisah ini saya potong dan kumpulkan pada sebuah toples sebagai bahan baku tambahan bagi anggota keluarga lain yang membutuhkan gula pasir.

Sementara saat saya berada diluar rumah, dalam posisi berkendara, jika membutuhkan asupan segelas kopi panas, barangkali pilihan terbaik sampai hari ini adalah Yummy Coffee-nya Indomaret yang bisa ditemukan pada beberapa gerai dengan sajian logo minuman panas di sisi bawah neonbox mereka. Bukan Point Coffee loh ya.
Alasannya sederhana.
Murah dan tetap nikmat jika dibandingkan dengan Point Coffee dalam pilihan yang sama. Cukup sisihkan uang 6000 saja, isi kepala rasanya sudah kembali normal.

Dua minggu belakangan, pasca secara rutin berbagi rasa lewat segelas kopi Cafe Mocca hasil racikan mesin premium Indomaret, saya mendapat partner baru minum kopi panas selama berkendara di jalanan. Istri tercinta tentu saja.
Rupanya ia pun jadi tertular pada rutinitas minum kopi susu tanpa gula yang sejauh ini sudah dilakukan, baik di rumah maupun dalam perjalanan.
Meski sebenarnya kopi yang dibeli baik dalam bentuk sachet instant maupun Yummy Coffee-nya Indomaret masih berasa sedikit manis ketimbang kopi hitam tanpa gula. Entah memang dalam kemasan atau racikannya tetap menggunakan tambahan gula dalam porsi kecil, atau akibat pengaruh mocca maupun krim yang menjadi bahan campuran kopi.

Apa kalian termasuk pasangan couple penikmat kopi juga Gaes ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.