Mengumpulkan satu persatu ponsel jadul dari produknya Nokia, Sony Ericsson, BlackBerry, iPhone atau rilis PDA jaman dulu, rupanya kerap dipandang sebelah mata oleh orang-orang terdekat yang menganggap bahwa semua yang saya miliki hari ini hanyalah sebuah barang rongsokan. Kelak ketikapun akan dijual saat saya sudah tiada, mungkin yang berminat hanyalah pemulung atau penjual barang bekas, yang dihargakan murah sambil tertawa dan berlalu.
Bisa jadi ada benarnya.
Mengingat secara fungsi dan penggunaan, ukuran jaman sekarang rasanya memang sudah gak berarti lagi. Era smartphone dan juga internet cepat, apalagi dengan operasional yang menyusahkan.
Disamping sulitnya mendapatkan part pendukung seperti batere, yang praktis akan mengubah puluhan #HPjadul yang saya miliki ini menjadi sampah.
Namun mereka lupa, bahwa di balik desain dan teknologi yang pernah disuntikkan dalam bentukan ponsel lama ini, ada cerita dan sejarah yang mungkin satu saat dikenang orang sebagai bagian awal mula dari apa yang mereka pergunakan saat ini. Atau bisa jadi karena mereka tidak tahu, tidak paham bahkan tidak peduli.
Tapi ya siapa juga yang akan mengingat jika si empunya koleksi #HPjadul sudah tiada satu saat nanti. Terserah mereka yang mewarisi. Apakah mau dijual murah, atau dijadikan sebagai sebuah tanda sejarah yang pernah ada di masa lampau. Toh secara ruang yang dibutuhkan, tidak memerlukan area khusus dan luas. 1×1 meter dengan tinggi rak 2 meter saja sudah cukup untuk menyajikan pemandangan yang unik di sudut ruang tamu saat generasi boomer macam saya berkunjung ke rumah.
Untuk sementara sih, belum ada keinginan menjual habis satu persatu hobi masa remaja saya ini. Apalagi ada banyak cerita yang bisa disampaikan dari banyak sisi.
Lihat nanti saja.
Comments
Post a Comment