Selain Gol A Gong dan juga Hilman, ini adalah bacaan rutin saya saban kali membuka halaman demi halaman majalah remaja HAI jaman sekolahan dulu. Sebuah cerita tentang tiga anak kembar bernama Kekes, dan ‘Ra yang ditinggal sang mama pasca dilahirkan. Sementara laki-laki yang merawat mereka sejak bayi, lebih suka dipanggil Rana ketimbang Ayah.
Anak-anak Mama Alin karya bubin LantanG
Ceritanya ringan dan mengena di hati mereka yang suka dengan dengan tema-tema senada, keluarga dan permasalahannya. Seperti halnya Lupus dan juga si Roy sang petualang.
Saya mengenal mereka dari HAI era 90an. Masa-masa sekolah dan masih suka menyisihkan uang bekal untuk membeli satu dua bacaan favorit di kios majalah dekat pasar. Hadir dalam bentuk cerita dua halaman yang diterbitkan secara berkala. Termasuk juga Aneka, Gadis dan lainnya.
Kalaupun tak bisa terbeli, sudah cukup puas dengan mencuri baca.
Novel ini mengisahkan tentang Rana, laki-laki 40tahunan yang diceritakan menikah diusia 20, memiliki kembar tiga dan kini telah berumur 17 tahun. Sementara istri atau ibu si kembar, Mama Alin meninggal beberapa saat setelah melahirkan ketiga bayi yang selama 10 bulan berada di kandungan. Cerita sedih ini disampaikan pada bagian pertama pada satu tempat makan di Bandar Lampung.
Cerita berlanjut pada keseharian mereka, ada Tante Kiki adik Mama Alin yang masih kuliah dan selama ini ikut mengurus si kembar, ada juga Tante Sian adik Rana dengan anak yang sudah mulai nge-ganja. Ada Endung, teman sekolah si bungsu yang kritis namun akhirnya mati dibunuh. Atau soal Kori yang nekat menolong seorang ibu saat kecelakaan, menemukan makna lain tentang cowok yang yang baru dikenalnya.
Saya mendapati novel jadul ini di salah satu lapak online, setelah diingatkan oleh seorang kawan akan cerita bubin LantanG yang pernah eksis di majalah HAI. dan seperti biasa, saya melahapnya dalam sekali baca.
#novel #bubinLantanG #AnakAnakMamaAlin
Comments
Post a Comment