Agam hanya bisa terdiam di kegelapan malam. Surat cerai sudah sah diterima dari pengadilan. Buah dari kebohongan yang telah ia lalui sejak masa berpacaran hingga kini yang telah beranak empat.
Semua pemberian yang biasanya Agam persembahkan untuk sang kekasih, rupanya berasal dari hasil keringat kedua orang tua yang disisihkan setiap bulannya demi masa depan putra semata wayang mereka. Sementara Agam sendiri tak berhasil mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang mampu menutupi pengeluaran bulanan termasuk susu mahal anak-anak dan gaya hidup yang tak lagi memandang status.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula kata para tetangga. Saat mengetahui hutang Agam kanan kiri hingga kini belum jua terbayarkan. Padahal orang yang dipinjami sudah berkali-kali datang kerumah menagih janji.
Tak mampu hidup serba kekurangan sementara jiwa sosialita menuntut lebih dari apa yang ada, istrinya pun kemudian menuntut cerai Agam. Alasan bahwa sang suami tak mampu bekerja dan berpenghasilan cukup pun menjadi salah satu alasan dikabulkannya permohonan.
Sementara sang Ayah, kini sudah tak lagi menjabat di perusahaan besar dimana dahulu pernah dibanggakan. Ayah yang tak berpenghasilan, menambah parah nasib seorang Agam yang selama ini hidup dalam kebohongan.
Comments
Post a Comment