Agam tampak sumringah saat senyum sang pacar mengembang manis setelah tangan seorang kasir memberikan struk yang sudah dibayar lunas. Beberapa lembar busana bermerek tampak rapi dikemas dalam tas belanja sebuah mall mewah yang terletak di pusat kota. Sekali lagi Agam membuktikan janji pada gadis yang ia sukai dengan cara memanjakannya, memenuhi permintaan apapun itu bentuknya. Orang yang lalu lalang tak lagi dipedulikannya saat mereka beranjak pulang dalam kendaraan roda empat milik perusahaan sang ayah.
“Kenapa kamu habiskan semua tabunganmu Gam ?” tanya pria setengah abad itu dengan menahan amarah dalam dada. Sementara putra semata wayangnya memilih diam dan memandangi ubin rumah tanpa kata. Suasana bertambah kaku saat Ibunya menemukan semua struk belanja, yang ditenggarai meludeskan isi tabungan Agam, bekal masa depannya kelak.
“Sudah bekerja kau Gam ?” tanya sang Ibu demi memastikan bahwa uang yang digunakan adalah hasil keringat anak tunggalnya, bukan gaji kedua orangtua yang disisihkan sebagian setiap bulannya ke rekening Agam. Makin menyudutkan hati dengan perasaan tak menentu.
Sementara itu layar ponsel Agam terus berkedip, panggilan dari pacar tersayang yang masih menunggu kedatangannya. Berharap bisa menghabiskan malam mingguan mereka, menonton film di bioskop kesayangan. Agam kehabisan uang. Ia hanya bisa mengandalkan pemberian ayah ibunya untuk itu semua. Lantaran ia seorang pengangguran yang begitu bangga dengan jabatan sang ayah.
Comments
Post a Comment