Skip to main content

Sharing Pengalaman Perpanjangan SIM A Masa Pandemi

Pagi ini saya menyambangi pelayanan SIM keliling yang berlokasi di jalan Marlboro/Teuku Umar Barat, tepatnya sebelah timur banjar Pengubengan, utara jalan. Adapun agenda ini merupakan bagian pelayanan dari Polres Badung. Namun demikian, tetap bisa melayani mereka yang memiliki KTP Denpasar.

Saya menuliskan nama pada nomor urut 18, dengan melengkapi identitas lengkap pada form yang telah disediakan, dengan melampirkan SIM *asli dan fotokopi* yang akan diperpanjang masa berlakunya, serta fotokopi KTP, sementara aslinya hanya diperlihatkan saja. Bersyukur saya bisa meminjam polpen untuk pengisian data pada salah seorang pemohon di lokasi, ini harusnya dipersiapkan juga secara mandiri.

Mengingat pengajuan ini dilakukan pada masa pandemi, maka setiap pemohon wajib menggunakan masker serta membawa hand sanitizer untuk tetap menjalankan protokol kesehatan, serta menjaga jarak saat proses dilaksanakan.

Pemeriksaan kesehatan yang menjadi syarat baku setiap pemohon perpanjangan SIM, berada dalam satu meja dengan personil yang menangani pendaftaran. Termasuk registrasi dan lainnya.

Pelayanan SIM Keliling semacam ini kalau tidak salah hanya melayani permohonan perpanjangan SIM yang mana masa berlaku sebelumnya masih belum melewati masa tenggat. Jika sudah, berarti pemohon dimintakan melakukan permohonan baru ke Poltabes, dengan melewati ujian tertulis dan praktek.
Teorinya sih begitu.
Sementara untuk kehilangan *sepertinya ada 2 kemungkinan, antara beneran hilang atau sudah melewati masa berlaku, tidak dilayani disini. Wajib melakukan pelaporan kehilangan terlebih dahulu dan dilampirkan sebagai tambahan kelengkapan.

Jumlah layanan harian yang disediakan kalau tidak salah sekitar 50 pemohon saja untuk hari minggu begini. Sayangnya tidak disediakan tempat duduk di sekitar lokasi, sehingga pemohon yang menunggu panggilan nama baik untuk pemeriksaan kesehatan maupun foto, harus berdiri dalam waktu yang cukup lama.

Setelah menunggu satu jam lamanya, aa saya pun dipanggil untuk pemeriksaan kesehatan. Yang diperiksa meliputi tekanan darah, kesehatan fungsi mata dengan melihat angka dalam gambar batu sikat berwarna, dan test psikologi menggambar tubuh manusia lengkap anggota badan. Bilamana permohonan dilakukan untuk 2 SIM, test psikologi ini akan bertambah dengan menggambarkan pohon kayu beranting. Jadi ingat psikotest masuk cpnsd tahun 2003 silam.

Biaya dikenakan kurang lebih 125 ribu ditambah 80ribu untuk pengajuan SIM A. Yang 125 ribu dibayarkan langsung usai pemeriksaan Kesehatan di meja depan, sementara yang 80ribu dibayarkan dalam kendaraan. Untuk nominal yang 80ribu, jelas dimaksud pembayaran SIM A sesuai yang tertera pada kaca kendaraan, sementara yang 125ribu kalau ndak salah ingat untuk pemeriksaan kesehatan, psikologi dan form.
Setelah selesai, berkas diserahkan ke pintu belakang kendaraan, lalu kita menunggu lagi untuk pemanggilan foto.

Sesi tunggu seperti ini sebenarnya gak terlalu membosankan berkat adanya ponsel genggam Android yang banyak membantu membakar waktu, baik untuk menuliskan draft blog seperti ini, bermain games atau scroll scroll akun sosial media.
Hanya saja dalam sesi kali ini, waktu menunggu panggilan bisa dikatakan cukup lama. Sekitar 1.5 jam lebih. Dan ada waktu sekitar 30 menitan tanpa pemanggilan nama pemohon.
Entah apa penyebabnya.

Baru sekitar pukul 11.30 siang, SIM A yang saya harapkan bisa selesai dan dicetak. Ternyata formatnya baru Gaes. Cuma yang aneh, penampakan foto saya kok di cetak miring ke kiri ya ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pangan,