Jabatan itu hanyalah sebuah titipan, dan Ia-pun siap mengambilnya kembali saat semuanya tak lagi dipandang membutuhkan.
Hadir dalam kesendirian, maka keseharian pun harus siap dalam kesendirian pula. Meski pernah hari-hari begitu ramai dan sesak, namun semua toh akan kembali sendiri lagi. Kehilangan menjadi sesuatu yang biasa, karena sayap tak akan pernah bisa kekal oleh waktu. Satu persatu pupus sesuai masanya.
Saya banyak belajar dari para senior yang pernah menghiasi hari dalam beraktifitas sebagai seorang ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung. Ada berbagai tipe orang yang saat menjabat, menunjukkan berbagai karakter unik dan memberikan kesan mendalam bagi para bawahannya. Dari yang otoriter, keras pada semua pihak namun dengan demikian ia dikenal sebagai orang yang jujur dan bersih bahkan hingga akhir hayatnya. Ada juga yang pandai memanfaatkan situasi, menggunakan semua sumber daya yang dimiliki oleh instansi dimana bertugas, untuk menjalankan kebutuhan pribadi dan keluarga, mumpung masih menjabat. Bahkan ada juga yang tidak peduli pada bawahannya sama sekali. Termasuk reward dalam bentuk terkecil sekalipun, ia menjadi pelit karena merasa kedudukan yang diraih adalah jerih payahnya sendiri. Tipe seperti ini cenderung dilupakan orang saat ia tak lagi menjabat.
Saya sendiri belum bisa menarik satu kesimpulan, masuk dalam kategori mana. Mengingat jalan menuju sebuah jabatan masih terlampau panjang dan lama. Tak pasti bahkan, mengingat ada banyak kriteria yang tak mampu saya penuhi. Saat beruntung duduk dalam kursi panas pun, saya meyakini bahwa sebagian dari rekan kerja yang diberikan kewajiban mendampingi adalah mereka yang tak suka akan kewenangan yang saya miliki, sementara sebagian lainnya adalah mereka yang merasa wajib patuh selama saya berada di posisi yang sama. Itu sebabnya sampai hari ini tak satupun staf yang ada dalam penugasan struktural, saya anggap sebagai bawahan. Tetap sebagai rekan kerja yang kelak boleh menolak apa yang saya minta.
Jabatan hanyalah sebuah titipan belaka. Satu persatu staf yang saya miliki, kini sudah mengembangkan sayap untuk mulai belajar demi karir mereka masing-masing. Karena nantinya yang bertanggungjawab akan diri mereka, bukanlah saya yang pernah duduk di kursi panas, melainkan pola pikir, cara berpendapat dan nasib atau garis tangannya sendiri.
Tinggal mereka harus memikirkan bagaimana cara untuk menyampaikan buah tangan demi mendapatkan sebuah tanda tangan.
#renunganMingguPagi
Comments
Post a Comment