Skip to main content

Selfie Selfie

Ada masanya dulu saya pernah ambil pose foto selfie dengan menggunakan kamera digital yang diset dalam posisi timer 10 detik, lalu diletakkan pada media yang ada disekitar kita dan melakukan capture berulang-ulang.
Efek samping dari perilaku macam ini adalah keringat jadi menetes selama aksi selfie dilakukan, dan ada banyak file frame yang diambil agar hasil foto bisa memberi sedikit kepuasan jaman itu.
Kekurangannya cuma satu, yaitu gak bisa diUpload atau pamer ke sosial media berhubung jaman itu belum seheboh jaman Now. Dimana usai ambil foto lewat kamera depan ponsel yang telah diselipkan filter tambahan tertentu, langsung upload minimal ke dua platform, Instagram dan FaceBook. Dilengkapi dengan caption, hastag dan mention.
Jaman itu ya gak begitu polanya.

Ada dua macam kamera yang saya gunakan saat itu untuk mengambil foto selfie tanpa pernah tau posisi, pose atau senyuman saya saat gambar pada foto diCapture habis waktu timer.
Toh juga era hasil sudah dalam format digital, file jpeg bukan roll film. Sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengambil gambar dalam jumlah banyak tanpa perlu takut menambah biaya saat memilih satu hasil yang terbaik untuk disimpan.

Kalau ndak ingat, ada kamera FujiFilm seri apa gitu dengan resolusi foto 2 MP berukuran 1600×1200 pixel, dan Konica Minolta X31 kamera digital pertama yang saya miliki. Resolusi lensa sudah 3,2 MP dan 3x Zoom Optical.

Jika saat mengambil gambar dengan kamera Fuji Film, sang objek bisa tahu dan pasang aksi bergaya pas tombol shutter dipencet, maka saat lensa kamera periskop milik Konica beraksi, rata-rata objek foto yang saya ambil tidak menyadari dirinya difoto. Bahkan belakangan saat saya mengirimkannya foto-foto jadul momen pernikahan yang bersangkutan, ada rasa haru dan terima kasih yang diberikan, lantaran mereka kaget melihat momen pernikahannya bisa diabadikan oleh saya. Mengingat secara penampakan, kamera Konica Minolta X31 tercover keseluruhan dalam genggaman tangan sehingga tak tampak jelas saat pengambilan gambar. Sering dikira mainan.

Berikut beberapa hasil jepretan lensa kamera digital jaman old yang rupanya masih tersimpan rapi di puluhan cd hasil temuan bongkaran pembangunan rumah tahun 2019 kemarin.
Gimana pendapat kalian ?

#Selfie #FotoSelfie #KameraDigital

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.