Saat saya masih berjibaku mencoba peruntungan menyetir mobil dengan bimbingan dua sepupu yang sudah lebih mahir mengendarai roda empat, infonya di waktu yang sama seorang guru senior pengajar Matematika di sekolah, datang ke rumah menemui orangtua dan menyampaikan kabar gembira serta berharap ada tindaklanjut yang menyenangkan dari saya nantinya.
Selepas menikmati makan sore yang dibelikan ortu bareng kedua sepupu, sayapun mengantar salah satu dari mereka, pulang naik motor. Dan dari orangtua yang bersangkutanlah saya mendapat kabar gembira ini.
Lulus PMDK Teknik Arsitektur Universitas Udayana, sesaat sebelum ujian akhir masa SMA dilakukan.
Meski sebetulnya sama sekali gak paham apa itu jalur PMDK, dan mengapa bisa tembus ke Universitas Negeri tanpa test, sesungguhnya adalah inisiatif para guru kami di sekolahan SMA yang memberikan petunjuk atau bimbingan cara mengajukan dan melengkapi administrasinya serta opsi arahan memilih jurusan yang diinginkan. Seingat saya waktu itu sempat ditanyain hobi dan mata pelajaran kesukaan, pas ngejawab Matematika dan Menggambar bentuk, sayapun dijelaskan soal Arsitektur dan menyetujuinya.
Selama 5.5 tahun menempuh cobaan dunia perkuliahan yang dipenuhi dengan aksi begadang sampai pagi, jarang mandi karena nguber asistensi atau bolak balik bawa sebongkah pc pentium II 166 MMX ke bukit Jimbaran, akhirnya dinyatakan lolos lubang jarum juga dengan IPK pas-pasan. Gak ada yang istimewa.
Hanya saja banyak hal yang saya petik di perjalanan. Bukan soal materi kuliahnya, tapi soal makna proses yang dilalui. Bahwa seperti apa kata orang-orang tua yang selalu mengajarkan bahwa ‘dimana ada kemauan, disitu ada jalan…’ atau ‘tidak dibutuhkan orang pintar sebenarnya, tapi orang yang terus mau mencoba dan berusaha’. Termasuk urusan makanan, agar ‘tidak perlu memilih dalam situasi terdesak, selama masih bisa dimakan, ya makan saja’.
Banyak berpengaruh pada gaya dan pola hidup dalam perjalanan selanjutnya.
Namun demikian, 5 tahun mengenyam usaha untuk menggambar baik itu dengan sketsa ataupun mesin gambar bandul lalu berakhir pada program AutoCad, akan tetapi dunia kerja yang dilakoni malah jauh melenceng, ternyata memberikan manfaat lain ketika talenta ini dibutuhkan. Minimal saat diminta membantu menggambarkan satu dua tema tugas anak-anak baik tingkat tk, sd hingga smp, ? ya sebagai bapak dan selaku orang tua, masih bisa dihandel dalam waktu yang singkat. Termasuk memberi saran pewarnaan ataupun komposisi desain.
Bahkan ketika diminta membuat desain plakat miliknya LPSE Badung pun, rupanya merupakan buah karya sketsa yang saya buat dahulu. Gak nyangka aja ternyata nemu orat oretnya diantara kumpulan cd lama.
Hari ini infonya adalah hari Arsitektur Indonesia atau Arsitektur Nasional, yang rupanya bertepatan dengan ulang tahun putri sulung saya, jadi mudah mengingatnya. Dan karena sampai hari ini tak satupun ada karya Arsitektur yang pernah saya bangun, barangkali hanya tulisan ini saja yang bisa dipersembahkan untuk semua kawan-kawan Arsitektur Udayana yang saya hormati dan banggakan, pula dari Universitas lainnya yang kini telah sukses meniti karir maupun yang terlempar jauh dari pusaran ilmu Arsitektur masa kuliah.
#Arsitektur #Architecture #ArtShitSexTour
Comments
Post a Comment