Jam baru menunjukkan pukul satu siang, saat pikiran mulai mencoba mengingat-ingat cerita film yang sedang berjalan di layar ponsel, sudah masuk adegan yang mana. Begitu tersadar, rasa malas masih betah berdiam pada diri, sembari meraih guling untuk lanjut memejamkan mata barang sebentar. Yang tentu saja gagal. Mengingat rutinitas harian saat tak bekerja, jam biologis otomatis berputar. Mengantuk pada waktu matahari berada tepat di atas kepala, dan terbangun satu jam setelahnya. Hal biasa karena pagi tadi olah raga tetap dilakoni sebagaimana biasanya.
Film yang sejak tadi setia menemani dengan suara kecil, berganti dengan tampilan beberapa chat whatsapp yang masuk saat tertidur, lalu berlanjut pada timeline Twitter, FaceBook dan Instagram. Mulai banyak notif ucapan perayaan Nyepi dari teman, saudara bahkan orang-orang yang selama ini tak pernah terpikirkan, masuk menyapa dalam bentuk gambar, video ataupun sekedar tulisan singkat penuh makna. Sementara itu beberapa foto post antrean di kasir supermarket pun mulai meramaikan pemandangan, membuat heran sekaligus bertanya.
Nyepi hanya sehari, kenapa banyak orang tak bisa menahan diri ?
Kelihatannya banyak orang yang masih berpikir bahwa melewati Nyepi yang hanya sehari, bagaikan menghadapi kiamat dimana toko dan gerai makanan tak akan buka setelahnya. Meninggalkan perut yang meronta kelaparan dan nyaris tak ada hal lain yang bisa dilakukan dalam hari yang sama. Kasihan.
Padahal Nyepi yang hanya sehari, tak ada bedanya dengan melewati hari lain sebagaimana biasanya, namun hanya melarang 4 hal saja untuk tidak dilakukan.
Bepergian, menyalakan api (dan lampu saat malam), mengadakan perayaan atau keramaian, dan beraktifitas *di luar rumah.
Jika ini saja tak mampu dilakukan, apa gunanya manusia memiliki akal dan pikiran, yang katanya memiliki kemampuan untuk menahan hawa nafsu. Rasanya geli saat pikiran mulai terbentur keras lantaran bingung mau melakukan apa dalam sehari saat Nyepi.
Pemerintah infonya akan memutus jaringan internet dan tayangan televisi selama Nyepi. Lalu semua pada ribut seakan Hak Asasi Manusia dilanggar untuk kepentingan minoritas. Padahal pemutusan hanya sehari. Lakukan saja aksi yang dahulu sering dilakukan saat internet belum menjajah manusia macam saat ini. Bercanda dengan anak ataupun saudara, bercengkrama dengan mereka, atau membaca buku yang ada terpajang dalam rak. Bisa juga menuliskan sesuatu pada layar ponsel. Masih bisa dilakukan bukan ?
Pemerintah memutuskan koneksi ATM sejak jam 12 siang sehari sebelumnya. Semua pada ribut ingin menarik uang secepatnya. Padahal bisa jadi uang tak akan bisa digunakan saat sehari Nyepi. Kalaupun akan berbelanja pada malam sebelum Nyepi ya secukupnya saja jauh sebelumnya. Masih bisa kan ?
Atau untuk kebutuhan sehari setelah Nyepi ? Ya ambil saja saat pagi atau siang hari sebelum berbelanja. Toh kini sudah ada opsi untuk transaksi digital non tunai melalui ponsel.
Buat apa meributkan hal-hal sepele hanya karena Nyepi sehari ?
Comments
Post a Comment