Saat menyadari bahwa ini adalah Sabtu pagi, secara otomatis pikiran langsung memberikan respon bahwa tak ada salahnya jika saya sedikit bersantai jika dibandingkan dengan hari-hari kerja biasanya. Khususnya untuk rutinitas bangun pagi, olah raga dan mebanten pekideh. Undur sejam sepertinya masih aman.
Di luaran suara hujan begitu jelas terdengar dari dalam bilik kamar. Padahal jendela kaca belum satupun dibuka. dan meskipun dinding kamar yang mengarah ke luar bangunan, tak ada lubang angin satupun yang dirancang oleh arsiteknya, gemericik air yang jatuh ke tanah membuat pikiran makin malas untuk memulai aktifitas pagi.
Sabtu pagi biasanya merupakan jadwal sekolah si sulung yang mulai sibuk dengan urusan OSIS-nya, atau agenda pengumpulan buku LKS bagi si tengah dan hasil pembelajaran si bungsu ke sekolahnya masing-masing. Untuk itu usai semua aktifitas rutin pagi dilakukan, saya bergegas sarapan dan siap menghadapi langit yang masih mendung disertai hujan gerimis tipis-tipis.
Gedung Walikota milik Pemerintah Kota Denpasar tampak ramai oleh para pegawai tingkat eselon yang infonya bakalan menggelar upacara kehormatan perayaan hari ulang tahun pemkot Denpasar sekaligus menandai hari pertama bertugasnya Walikota baru yang kemarin dilantik, bapak Jaya Negara. Sementara hujan sudah mulai deras turun dengan nikmatnya.
Hingga hari beranjak siang, langit Kota Denpasar makin tampak gelap saja. Terutama jika mata dialihkan ke sisi selatan cakrawala, seakan tak sabar mengurai air sepanjang hari yang praktis makin membuat malas civitas kota untuk bergerak dan berjalan-jalan. Hawa yang dingin dan genangan air yang mulai meninggi di sejumlah ruas jalan seputaran kota, dengan segera menghapuskan semua keinginan.
Memang lebih baik beristirahat sambil scroll scroll timeline sosial media.
Comments
Post a Comment