“Tidak ada Jawa, tidak ada Sumatera, tidak ada Sulawesi, tidak ada Papua. Yang ada adalah Saudara Sebangsa dan Setanah Air.” – Ir, H. Joko Widodo
Kalimat diatas diungkap oleh Presiden Indonesia ketujuh dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-92 rabu 28 Oktober 2020 lalu untuk para generasi muda bangsa agar tak segan dalam menjaga persatuan dan bekerja sama dengan semangat solidaritas dan persaudaraan, sebagai upaya merawat Keindonesiaan. (CNN Indonesia)
Menjadi menarik, karena sejauh ini di media cetak maupun online selalu mengungkapkan makin banyaknya kasus intoleransi antar umat beragama, suku dan ras. Pula menurunnya rasa berkebangsaan cinta tanah air di kalangan generasi muda. Miris rasanya ketika para pelajar dalam sebuah video TikTok lebih mengenal sosok dan nama influenzer lokal macam Atta Halilintar dibandingkan mantan presiden Indonesia Gus Dur yang kemudian disebut sebagai anggota DPR. Termasuk gagapnya anak sekolah saat disodorkan gambar Raden Ajeng Kartini, ingatan mereka hanya mampu mengatakan bahwa gambar tersebut adalah bagian dari mata pelajaran sejarah. Semua bisa dinikmati begitu mudah di layar ponsel dan sosial media.
Sebagai sesama pelajar yang baru mengenal bangku tingkat menengah pertama, sudah sepantasnya lebih mengetahui nama – nama pahlawan dan orang – orang penting bagi bangsa Indonesia disamping nama – nama artis atau influenzer. Karena saat mengenyam bangku sekolah, para guru selalu menekankan semua siswa untuk mengenang nama – nama pahlawan bukan influenzer yang besar di era sosial media.
Zaman sekarang generasi muda bahkan yang masih berusia anak-anak sekalipun, sudah memiliki gadgetnya sendiri dan sebagian besar mempunyai sosial media. Baik Instagram, Facebook, Twitter ataupun media lain macam TikTok atau Snapchat.
Secara perilaku, ada dua tipe pengguna saat mereka menggunakan sosial media. Pertama, orang yang bisa dan mampu menggunakan sosial medianya sendiri dengan bijak dan memanfaatkannya untuk hal – hal yang positif, sementara tipe kedua adalah mereka yang menggunakan sosial media hanya untuk menjelek – jelekan orang lain.
Sangat disayangkan jika sebagian generasi penerus bangsa memanfaatkan sosial media hanya untuk menjelekkan dan menjatuhkan orang lain, karena sebaik-baiknya teknologi diharapkan bisa digunakan untuk hal yang positif, Misalkan mencari informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang baru dikenal, mengapresiasi usaha dan memberikan semangat pada kawan, atau berjualan secara mandiri agar kelak dapat menghasilkan uang sendiri tanpa membebani orang tua, dan masih banyak lagi.
Sebagai salah satu pengguna sosial media dalam hal ini mengambil contoh Instagram, sebenarnya ada banyak manfaat dan kawan yang bisa didapatkan dari kepemilikan akun tersebut. Laiknya pisau, positif negatifnya penggunaan akan bergantung pada motivasi pemiliknya.
Di kalangan kawan dan rerata generasi muda pengguna Instagram, ada dikenal istilah second account, yang dalam penggunaannya biasa digunakan untuk memposting atau upload hal-hal ambigu yang tidak merepresentasikan diri sendiri ke hadapan publik.
Dari bentuk foto yang tidak jelas maknanya, postingan game, atau menyindir orang dan kawan sendiri dalam fitur insta story. Yang sebetulnya bukan satu hal yang bijak dalam upaya menyelesaikan masalah. Tujuannya jelas, agar identitas asli tidak sampai diketahui oleh orang lain.
Hal seperti inilah yang kini banyak dilakukan oleh orang diluaran untuk mencapai maksud-maksud tertentu. Adu domba, fitnah, menghina agama dan ras, atau hal-hal remeh semacam body shaming dan lainnya. Sesuatu yang berpotensi menghancurkan semangat persatuan antar anak bangsa. Misinformasi lalu dianggap hal yang biasa dan layak dipercaya. Orang jadi begitu mudahnya membagikan tautan dan hoax melalui aplikasi penyebaran pesan, termasuk dalam lingkup keluarga dan kawan dekat.
Sudah saatnya generasi muda mulai melek teknologi, mampu belajar dengan penuh semangat, menggali potensi dan informasi yang benar dan akurat. Karena kunci dari sebuah Negara maju adalah persatuan dan kerjasama yang baik, sebagaimana penyampaian pak Jokowi diatas.
Sebagai bagian dari pelajar Indonesia yang seharusnya belajar sejak dini, ada baiknya pula mengetahui bakat dan potensi yang dimiliki. Lalu mengasahnya melalui berbagai macam kompetisi yang ada diluar sana untuk membanggakan dan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Selain pintar dalam bidang akademik maupun nonakademik di sekola, seorang pelajar juga wajib menjaga sikap dan perilaku dalam bermasyarakat sebagai mahkluk sosial.
Untuk bisa melakukan perubahan yang besar seperti itu, kata orang bijak hendaknya dimulai dari hal yang kecil terlebih dahulu. Dari diri sendiri.
Secara psikologis, Saya termasuk orang yang cukup ambisius dan selalu ingin mendapatkan hasil terbaik disandingkan kawan lain. Namun secara perlahan sedang berupaya untuk mengubah sikap yang mau menang sendiri itu.
Setiap hal diyakini pasti ada dampak positif dan negatifnya. Sikap ambisius yang saya milikipun memiliki kondisi serupa. Sisi positifnya adalah keinginan untuk dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, menjadi orang yang disiplin, serta selalu berusaha mendapatkan wawasan yang luas, melalui banyak media dan teknologi karena adanya kecenderungan untuk selalu ingin mengupgrade pengetahuan diri sendiri.
Sementara sisi negatifnya adalah ingin menang sendiri dan terkadang sulit menerima kegagalan.
Orang tua pernah berkata “Tidak apa – apa jika tak mendapatkan nilai yang bagus dan ranking di sekolah, karena yang lebih penting dari semua itu adalah memiliki sikap dan perilaku baik dan sopan kepada orang lain. Attitude itu lebih penting dari pada segalanya, buat apa pintar jika tidak memiliki attitude.”
Sebagai orang dengan tipe pemikiran yang agak susah bergaul, saat mengingat pesan diatas, ada keinginan untuk mengubah diri menjadi orang yang lebih mudah berteman dan ramah kepada orang lain. Salah satu cara yang kerap saya lakukan adalah mulai mencoba untuk berkompetisi di dunia luar, tidak hanya dalam lingkungan sekolah ataupun rumah saja. Tujuannya agar bisa lebih banyak mengenal kawan dan mengetahui seberapa jauh kemampuan diri sendiri dalam berbagai bidang tertentu.
Attitude biasanya akan berbanding lurus dengan kebiasaan. Bilamana sudah terbiasa melakukan hal-hal yang baik, tanpa diperintahpun pemikiran dan attitude akan menyesuaikan. Berkembang ke arah yang positif.
Sebagai generasi muda penerus bangsa sedapat mungkin untuk tidak mudah menyerah dalam melakukan hal apapun, apalagi jika menginginkan hal atau perubahan dalam diri, minimal wajib gigih dalam melaksanakannya. Mengingat sebagian orang hanya bisa melihat hasil akhir tanpa mau peduli pada proses yang dilakukan. Pada semua perjuangan yang telah dilalui sampai tahap puncak pencapaian.
?
Terkadang ada kekhawatiran dan takut salah dalam melakukan perubahan, akan tetapi justru dari kesalahan itu biasanya orang akan bisa belajar banyak dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya. Tidak ada batasan usia untuk belajar. Baik dari buku, dunia maya ataupun lingkungan di sekitar kita. Dan ketika semua ilmu sudah bisa digenggam, jangan lupa untuk berbagi pada yang lain. Hargai pula waktu, karena semua akan bisa dilalui dengan memanfaatkan nya secara efektif serta efisien.
Dengan mencoba menjalani aktifitas tambahan semacam ini, secara tidak langsung ada harapan akan terbentuk pola pemikiran diri yang lebih terbuka untuk menempa diri, membuka wawasan menembus batas – batas yang sebelumnya pernah ada. Menghapus sekat identitas, menyatukannya dengan nilai – nilai luhur yang tertuang dalam lima sila Pancasila. Dan secara jangka panjang, harapan ini bisa berlaku pula bagi banyak kawan lain, para generasi muda di luar sana. Sehingga mampu merajut bangsa dengan kerja sama yang baik, mewujudkan persatuan serta merawat keIndonesiaan.
Seorang kakak kelas pernah berkata “Orang yang pintar itu bukan orang yang sekali lomba langsung menang, tapi orang yang mau terus mencoba dan mencoba lagi walaupun dia pernah gagal.”
Tak usah takut mencoba tantangan dan hal – hal baru, karena hidup hanya sekali. Semakin banyak rintangan yang dilewati kelak akan makin kuat kedepannya.
*
LOMBA ESSAY TINGKAT SMP SE-BALI
Tema : Menempa Diri Menembus Batas, Merawat Keindonesiaan
Nama : Pande Putu Mirah Gayatridewi
Sekolah : SMPN 10 Denpasar
Kelas : VII E
Comments
Post a Comment