Skip to main content

Inspirasi dan Menulis

Seorang kawan lama tiba-tiba menyapa begitu saja tanpa salam di chat whatsapp kemarin siang.
‘Ade gen gae kamu di FaceBook jak IG ae Nde ? Uli dije maan inspirasi nulis care keto ? ipidan asane sing taen nepukin kamu nulis care kene…’
Hehehe…

Yang kalau di translate atau alihbahasakan ke Indonesia, kurang lebih seperti
‘Ada saja kerjaanmu di FB dan IG ya Nde ? Dari mana dapat inspirasi menulis seperti itu ? Rasanya dulu ndak pernah liat kamu nulis-nulis begini…’

Ya gimana, semua berjalan apa adanya saja. Inspirasi datang bisa kapan dan dimana saja. Yang semuanya biasa saya catatkan pada apps Evernote atau sejenisnya pada perangkat terdahulu untuk nantinya dikembangkan saat punya waktu luang. Topiknya bisa macam-macam. Keseharian, pergaulan, caci maki teman, hingga ponsel jadul yang kerap saya turunkan belakangan.

Selain membiasakan diri untuk menulis saat sepi kerjaan masan Covid begini, ya tujuan lain tentu agar tetap bisa menjaga normalnya pemikiran agar tak sampai terjerumus ke hal-hal yang sudah tidak seharusnya dilakukan.

Tapi ketika saya mulai merasa bangga bisa tetap menulis secara singkat di sosial media dan ditembuskan pula ke post blog, biasanya… Tuhan akan memberikan tantangan sebaliknya tanpa perlu menunggu waktu yang lama. Tiba-tiba saja besok, semua inspirasi hilang dan akun saya vakum dari aktifitas menulis berhari-hari.
Itu sudah biasa, hahaha…

Bahkan termasuk pula saat saya bangga dengan pencapaian langkah 20ribu dalam sehari, besoknya rasa malas gerak sudah diberi oleh-Nya, yang mana harus ditekadkan lagi untuk bisa kembali ke jalan yang benar.

‘Trus uli dije rage ngidaang memulai Nde ?’ -‘dari mana saya bisa memulai ?’
Dia kembali bertanya jelang akhir percakapan.

Ya dari mana saja boleh.
Berangkat dari hobi, keseharian, status teman yang disamarkan namanya, bahkan fakta dan isu terkini tapi dilihat secara halus dari sudut pandang sendiri. Ini tujuannya ya demi menghindari sergapan UU ITE dari orang-orang yang kurang berkenan, apalagi yang sudah terlanjur membenci sedari awal. Jangan sampai apa yang berusaha disampaikan malah dianggap menyindir.

Bisa susah kalau sampai gitu.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pangan,