Skip to main content

#HPjadul Mengenal Perjalanan sebuah brand bernama BlackBerry

Siapa sangka jika nama besar BlackBerry yang dulu sempat beken dan merajai pasar pada tahun 2007an, berawal dari sebuah perangkat kecil yang berfungsi sebagai penyentara pesan telekomunikasi dengan panggilan ‘tididit’. Yup, Pager. Bahkan sampai ada lagu rap-nya pula. Anyway, bukan pager tanaman loh ya.


Infonya perangkat BlackBerry sudah diperkenalkan jauh sebelum Bold series 9000 dilahirkan ke pasar global. Tepatnya lewat model 7290 dkk yang saat itu masih mengadopsi layar warna terbatas dan akses menu menggunakan media thumbwheel yang ada di sisi kanan perangkat. Tanpa lensa kamera di sisi punggung, dan tentu saja tanpa BlackBerry Messenger. Aplikasi Chat antar kawan yang fenomenal itu.

Lalu ada BlackBerry Badak atau 8700 series yang diperkenalkan pada tahun 2004 silam. Beberapa peningkatan spek diberikan baik dari dimensi layar, kapasitas warna, juga memori. Namun tetap tanpa lensa kamera dan BBM. Secara wajah, sudah mulai ada bibit bulky lengkap dengan tombol putus sambungnya telepon di bawah layar.

Masuk jaman penggunaan tombol gulir laiknya mouse jaman old atau dikenal dengan istilah TrackBall sebagai tombol akses menu pada layar, diperkenalkan melalui seri 8300 dimana spek sudah memberikan tambahan lensa kamera dan slot memory card tambahan. Seri ini sudah jauh modern dengan penggunaan jenis prosesor yang serupa dengan perangkat pda jaman itu. Pada generasi inilah nama BlackBerry mulai muncul dan ramai di permukaan, pasca dirilisnya seri Bold 9000 dengan desain khas nan elegan. Dibekali lensa kamera dan dukungan OS yang jauh lebih baik. Tentu saja BBM atau BlackBerry Messenger sudah mulai diperkenalkan dan booming.

Penggunaan tombol gulir atau trackball sebagai akses operasional perangkat, ternyata memiliki kekurangan laiknya mouse pada pc. Yang harus rajin dibersihkan secara berkala agar tak menghambat pekerjaan. Maka itu, lahirlah media akses baru bernama Optical TrackPad. Atau area kotak kecil dibawah layar, yang dapat disentuh sebagai pengganti keypad. Ini mulai muncul pada seri Gemini 8520, salah satu rilis BlackBerry yang paling banyak diminati lantaran harganya yang cukup terjangkau.

Lahirnya iPhone pada era yang sama membuat gerah para petinggi RIM, atau mereka yang membidani kelahiran brand BlackBerry, dan memutuskan untuk merilis seri layar sentuh full bernama Storm dan seri slider yang dilengkapi tambahan tombol keyboard di balik layar bernama Torch. Inilah titik puncak histeria diehard pengguna BlackBerry, yang sayangnya tak mampu mengembalikan kejayaan era Bold 9000. Layar sentuh yang disematkan pada kedua seri tersebut masih tergolong kurang nyaman digunakan, jika bersanding dengan perangkat iPhone.

Selain memperkenalkan ponsel dengan konstruksi geser dan full layar sentuh, BlackBerry juga pernah merilis seri lipat atau clamshell dan juga seri candybar dengan keypad numerik. Ini diperuntukkan bagi mereka yang kurang tertarik pada bentukan bulky-nya BlackBerry, dimana banyak ditiru oleh ponsel lokal dan china yang saat itu menyerbu pasar Indonesia.

Pangsa pasar BlackBerry perlahan tapi pasti, mulai meredup. Namun tampaknya masih belum putus asa, dengan tetap merilis seri-seri klasik yang mengkombinasikan layar sentuh, barisan thumbboard qwerty, aplikasi Chat BBM, dan fitur Push Email. Penggunaan lensa kamera depan pun mulai diperhitungkan seiring jaringan yang diadopsi sudah mulai masuk ke 4G atau LTE.

Dengan hadirnya layar sentuh yang cukup lebar, area optical Trackpad mulai dihilangkan dan berganti dengan Capatitive touch 4 row BlackBerry Keyboard. Dimana fungsi keypad atau akses menu dapat dilakukan dengan menyapu area keyboard, seperti yang diadopsi pada seri Passport. Luar biasa.
Sayangnya, meski BlackBerry dikenal dengan fitur keamanan perangkatnya yang oke punya, dukungan OS atau sistem operasi tampaknya tak mampu bersaing lebih jauh, ditengah gempuran iOS dan Android. Maka pengembangan os BlackBerry 10 dihentikan pada seri terakhir pasca Passport, Porche design, Leap dan Classic version yang dilahirkan tanpa lensa kamera.

Banyak orang mengatakan BlackBerry sudah terlambat dalam upaya merebut pasar laiknya Nokia. Tertinggal jauh oleh hegemoni Samsung dan Apple. Itu sebabnya saat BlackBerry mencoba memperkenalkan seri baru mereka yang dikawinkan dengan OS Android 5.0 dan spek tingkat menengah, dilahirkan dengan desain mewah dan tak biasa. Seri Priv atay KeyOne adalah model flagship yang diperkenalkan ke pasar global. Mau tak mau dalam rentang harga yang sama, harus bersaing dengan barisan ponsel premium yang tak kalah garang.

Pertengahan tahun 2019, BlackBerry kembali menelan pil pahit dan harus mengakui kedigjayaan Messenger kebanggaannya harus berakhir dan digilas oleh Whatsapp.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.