Langit mulai benderang seiring aura mentari mulai tampak di penghujung timur. Saya baru saja usai melakukan persembahyangan pagi lanjut ngopi dan sarapan roti.
Tidak ada puasa 36 jam kaitan perayaan Nyepi lagi kali ini.
Semenjak saya mengidap Diabetes, tahun 2012 silam, puasa hari raya Nyepi adalah salah satu yang dengan terpaksa, harus dihentikan. Aktifitas tahunan ini sebenarnya sudah saya lakoni sejak masa sekolah SMP, dimana guru agama kami, Ibu Dayu Puniadhi mewajibkan anak didiknya untuk berlaku puasa, tidak makan tidak minum, tapa berata selama 12, 24 hingga maksimum 36 jam.
Awal-awalnya memang terasa sulit. Namun seiring perkembangan waktu dan usia, puasa 36 jam bisa jua dilakoni. Tentu tidak demikian halnya jika kita bicara hari ini.
Jangankan puasa 12 jam. Kelupaan makan malam tempo hari saja, saya langsung ambruk di satu pagi penampahan Galungan. Gimana mau bertahan 36 jam ?
Kopi susu yang saya buat setiap pagi jelang aktifitas mebanten pekideh sudah habis diteguk. Sinar matahari meski ia belum menampakkan wajahnya, sudah menerangi bangunan berlantai dan lingkungan sekitarnya. Saatnya beraktifitas laiknya hari biasa. Namun tanpa bepergian, tanpa hiburan.
Karena hari ini Nyepi.
Selamat Pagi Bali.
Selamat Pagi Indonesia.
Comments
Post a Comment