Waktu menunjukkan pukul 5 dini hari, saat kaki melangkah satu persatu menuju ari-ari dan plangkiran rumah, menghaturkan banten kaitan Tahun Baru Caka 1942 atau yang dikenal dengan hari raya Nyepi, memohon kerahayuan jagat serta keluarga agar dilindungi dari hal-hal yang tidak berkenan.
Pagi ini terasa jauh lebih sepi dari sebelumnya.
Setahun lalu, bangunan tinggi ini belum ada. Saya masih menikmati pagi dan sunyinya Nyepi di emperan bale daja atau sanggah merajan, mengingat bale pesirepan yang saya gunakan sekarang, saat itu masih dalam tahap pembongkaran. Waktu jadi terasa panjang dan lama. Sebuah penantian yang layak saya rasakan.
Tahun ini Corona Virus mengudara di semua negara. Termasuk Indonesia dan Bali. Suasana hari jadi tampak jauh lebih sunyi, seperti Nyepi datang mendahului. Jalanan kota dan Kuta tampak lengang dalam rekaman lensa kamera, pun pengerupukan kemarin malam akhirnya ditiadakan. Ogoh-ogoh tak lagi diarak berkeliling desa, keramaian begitu minimalis terdengar. Meski masih ada saja yang tak mematuhi himbauan pemerintah untuk menjaga jarak selama penyebaran virus satu ini.
Cahaya merah mentari pagi mulai menerangi ujung timur langit. Waktu sudah menunjukkan pukul 5.45 pagi. Saatnya bersiap diri menyambut hari suci.
Rahajeng rahina Nyepi, Tahun Baru Caka 1942. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan dan tuntunan Ida Sang Hyang Widhi Waca. Rahayu sareng sami.
(Pande Nyoman Artawibawa beserta keluarga)
Comments
Post a Comment