“Badut di atas panggung, tanpa penonton di depannya
Tak ada beda antara tangis dan tawanya
Hanya bola matanya, selalu berputar
Menghibur diri sendiri
Tak ada lagi yang dapat dikerjakan saat itu…”
Lantunan lirih om Sawung Jabo saat membawakan karya ‘Badut’ dari album solo yang bersangkutan, mengingatkanku pada masa-masa awal menjejakkan kaki di bangku menengah atas. Tahun 1992. Masa dimana remaja sepantaranku sedang getol-getolnya menikmati musik barat bergenre rock macam Guns N Roses atau Metallica, sementara saya masih asyik dan betah berburu karya om Iwan Fals dan teman-temannya.
Ya, semua berawal dari Swami. Album pertama yang menelurkan Bento dan Bongkar, lagu terbaik sepanjang masa.
Salah satunya ya om Sawung Jabo ini.
Tiap kali saya memutarkan kaset satu ini bolak balik dan menikmati alunan suara om Jabo kali itu juga saya diBully lantaran sebagian besar kawan masa SMA menganggap selera saya sedemikian payahnya. Apalagi dalam album yang sama ada lagu ‘Ayo Belajar’ yang sepertinya om Jabo pengen ditujukan pada sang anak. atau ‘Bromo’ yang mendeskripsikan keagungan gunung di belahan Jawa Timur. Tapi saya tak pernah peduli, memilih tetap menikmatinya.
dan kini ada rasa kangen saat mendengarkannya kembali.
Apa kabarnya ya om Sawung Jabo ?
Comments
Post a Comment