Seorang warga di lingkungan kami dikabarkan meninggal kemarin pagi. Diduga telah melakukan bunuh diri, ditemukan tergantung pada sebuah pohon yang ada di sekitar areal rumahnya. Infonya yang bersangkutan dalam posisi stroke, mengidap prostat dan komplikasi lainnya. Satu hal yang menurut pemahaman saya, agak mengkhawatirkan bagi puluhan, ratusan bahkan ribuan lelaki di luar sana, karena salah satu efek yang begitu jelas terlihat adalah menurunnya aktifitas seksual apalagi bagi mereka yang telah menikah.
Prostat kalau tidak salah baca merupakan gangguan yang terjadi pada kelenjar/saluran pada area seputaran reproduksi kelamin pria, ditunjukkan dengan gejala awal sulitnya buang air kecil. Sementara Stroke sendiri biasanya disebabkan oleh tersumbatnya saluran darah yang mengalir ke area kepala, akibat penumpukan kolesterol atau lemak yang dikonsumsi oleh tubuh.
Kalau tidak salah memahami, kurang lebihnya seperti itu.
Hal yang sama sepertinya menjadi tantangan pada semua penderita diabetes, utamanya mereka yang gak mampu mengubah pola hidup sehingga berpotensi besar berteman dengan sejumlah penyakit lainnya termasuk yang disebutkan diatas.
Lelaki dan (pengakuan) Kejantanan
Saya meyakini setiap lelaki yang normal adanya, sebagai fungsi dan isi pikiran yang bersangkutan, kejantanan kerap menjadi persoalan dalam kaitannya dengan pengakuan. Baik oleh sang pacar, teman wanita disekitarnya, istri, bahkan selingkuhan jika ada. Tak jauh-jauh dari kemampuan seksual diatas ranjang, sofa ataupun meja kantor, karena demikianlah para lelaki adanya.
Yang normal tapi ya.
Sehingga ketika menemui kendala dalam menunjukkan atau membuktikan kejantanan pada pasangan atau lawan jenis, tatkala mengalami sakit yang cenderung menurunkan kemampuan tersebut, para lelaki biasanya rela mencoba dan melakukan segalanya. Dari mengkonsumsi obat kuat, herbal dan sejenisnya, hanya untuk sebuah klaim dan bisa jadi berakhir pada kelanggengan hubungan kedua pihak. Sungguh sebuah ironi. Padahal bisa saja konsumsi penguat semacam itu, malah makin merusak tubuh dan mengakibatkan efek samping lainnya.
Sekali lagi, ini hanyalah sebuah asumsi, pemikiran saya sebagai sesama lelaki dan memiliki posisi yang sama pula dalam urusan kesehatan.
Awalnya memang berat, apalagi jika pikiran tak mampu mengontrolnya, bukan tak mungkin sebagian kecil ikut mengambil jalan yang sama sebagaimana salah satu warga kami itu. Yang sebetulnya masih ada jalan lain yang lebih baik. Upaya penyembuhan diri dengan obat dan terapi, atau mengambil opsi olah raga ringan demi memperlancar saluran darah dan lainnya pada tubuh, baru kemudian bertahap melangkah ke persoalan kejantanan. Tapi tetap harus ada dukungan dari pasangan, untuk bisa mewujudkannya.
Susah memang, dan saya akui itu.
Sejauh ini secara pribadi, olah raga ringan dan kontinu rupanya bisa mengatasi persoalan serupa pada tubuh. Setidaknya soal kejantanan meski levelnya masih tergolong menengah secara sudut pandang lelaki normal, minimal yang namanya kemesraan antar suami istri masih bisa dijaga dengan baik sampai saat ini. Bahkan untuk aktifitas yang satu ini, saya dipandang bak pengantin baru, karena secara rutin melakukannya nyaris setiap hari. Satu hal yang menakjubkan bagi seorang penderita diabetes. Maka itu bersyukur saya bisa menggapai dan mencoba untuk melewatinya dengan baik. Tanpa harus memikirkan jalan pendek lain yang rentan disesali banyak pihak.
Comments
Post a Comment