Seperti halnya kepergian om Asraf kemarin, saya pribadi sama sekali gak menyangka kalo selama mengidap penyakit mematikan yang bernama Diabetes ini, bakalan pernah mengalami gejala Hypo atau Hipoglikemia, penurunan kadar gula dalam darah dibawah angka 70 mg/dl. Padahal selama 7 tahun ini, rata-rata hasil pemeriksaan kadar gula darah bisa dikatakan amat sangat jarang sampai terpantau rendah.
Dugaan sementara, penyebab utama drop nya kadar gula darah selasa pagi 18 Februari 2020 kemarin adalah kecapekan.
Pemicunya bisa lantaran olah raga rutin setiap hari yang dilakukan dengan target capaian 6 KM berjalan kaki, bisa juga rutinitas bangun pagi yang dimulai sejak pukul 4 dan aktifitas lanjutannya selama 5 tahun terakhir, atau bisa juga lantaran sehari sebelum kejadian, sempat konsumsi obat di sore hari, lalu lanjut olah raga dan masih sempat terapi pinggang di malam hari, dimana rasa lapar sebetulnya muncul pasca pemijatan, namun tidak dilanjutkan dengan makan malam.
Apes dah keesokan harinya.
Menurut kedua orang tua, yang tampak panik saat siuman, saya sempat terjatuh dua kali sebelum akhirnya kehilangan kesadaran. Syukurnya sebelum terjatuh, saya sempat memanggil Ibu untuk minta tolong dibawakan air minum ke lantai atas. Saat Ibu tiba di lantai atas,sudah mendapati saya lemas dan terjatuh di kamar mandi meski masih berusaha untuk sadar dan menguatkan diri.
Saat siuman, saya merasa aneh dan bau lantaran semua kotoran dalam perut terlihat berserakan di lantai, sementara Bapak dan Ibu berusaha mengajak saya bicara sambil meminumkan air hangat semampunya.
Penurunan kadar gula darah secara mendadak menurut dokter jaga di UGD Rumah Sakit terdekat rumah, jauh lebih berbahaya ketimbang kadar gula tinggi meski memiliki gejala yang sama yaitu kehilangan kesadaran. Karena saat posisi gula darah rendah bilamana tidak segera mendapat penanganan, resiko terbesar adalah kematian. Mih… syukur aja saya gak terlanjur lewat. Jadi ceritanya setelah berbaring dan minum dua gentong besar teh manis dan nyemil beberapa permen, kondisi saya pun terasa jauh lebih baik. Hingga sekitar pukul 11 siang, baru diantar oleh istri meluncur ke UGD untuk mendapatkan penanganan lanjutan.
Dan semua agenda pagi Penampahan Galungan pun jadi lewat begitu saja.
Yang menambah parah kondisi saat kejadian, sebenarnya adalah kakunya pinggang belakang bawah akibat kekuranglenturan gerak hari Senin pagi saat aktifitas mandi dilakukan. Yang seharian hingga sore, terasa agak nyeri sehingga malam sempat saya bawa ke praktek fisioterapi di sebelah barat bioskop Wisata Pemecutan. Jadi agak menyusahkan saat kejadian selasa pagi, mengingat di tengah kehilangan kesadaran, saya sulit menggerakkan badan akibat nyeri pinggang yang dialami.
Oleh dokter jaga sempat diduga gangguan pada ginjal, namun dipandang clear saat uji lab urine selesai dilakukan. Untuk hal ini saya hanya diberikan suntikan penghilang nyeri melalui lengan kiri, dan obat tablet dengan fungsi yang sama untuk dikonsumsi di rumah.
Sayangnya memiliki efek samping mual, yang hingga pagi ini masih jua saya rasakan.
Tiga hari bedrest, dan perayaan Galungan pun jadi terlewatkan begitu saja di tempat tidur. Akhirnya saya kena batunya juga.
Comments
Post a Comment