Tahun depan bisa jadi awal tahun yang berat bagi kami berdua. Setidaknya sudah dirasakan sejak bulan ini.
Menjadi berat karena infonya tunjangan penghasilan atau TPP pegawai negeri sipil di lingkungan Kabupaten Badung, bakalan berkurang hingga 65% dari pendapatan awal. Mengingat pasca pembangunan rumah kemarin, semua gaji pokok harus rela dikuras habis, praktis kami berdua mengandalkan betul pendapatan tambahan untuk bisa membayar pengeluaran wajib setiap bulannya ditambah biaya hidup.
Sejauh ini sih belum pernah sampai mengikisnya demi gaya hidup.
Secara pribadi, pengeluaran yang wajib saya sisihkan setiap bulan adalah sebesar 6 juta rupiah. Sebagian bentuknya sebagai bulanan keluarga, seperti dapur, pembayaran listrik, air dan telepon, termasuk asuransi bagi kedua orang tua, dan 3 anak serta diri sendiri.
Pengeluaran tak terduga seperti bensin, pulsa, paket data, atau keperluan dadakan lainnya biasanya masih mencukupi untuk dilakoni, sehingga setiap bulan saya bisa menyisihkan tabungan sebesar 1.5 juta rupiah. Dalam bentuk THT atau tabungan berjangka. Sayangnya semua kesempatan ini jadi jauh berkurang seiring pinjaman uang untuk pembangunan rumah menghabiskan keseluruhan gaji pokok, dalam kurun waktu 10 tahun kedepan.
Adanya isu penurunan pendapatan pegawai negeri sipil di lingkungan Kabupaten Badung, entah karena penerapan aturan baru dari pusat atau isu defisit dan kekurangan uang, lumayan membuat shock pada awalnya. Tapi berusaha untuk dijalani apa adanya mengingat pemberlakuan ini akan mempengaruhi semua pegawai, utamanya di jajaran staf dan mereka yang sudah terlanjur menyekolahkan SK ke bank terdekat.
Sempat kepikiran sebenarnya untuk nyambi kerjaan sepulang kerja. Tapi mengingat anak-anak masih usia sekolah dan butuh pendampingan saat belajar dan membuat pe-er, pikiran ini jadi beralih ke opsi-opsi lain yang bisa disambi tanpa mengorbankan mereka.
Kalian punya ide ?
Comments
Post a Comment