Skip to main content

Membunuh Waktu Jam Penerbangan di Udara

Lion Air JT 748, berangkat tadi sempat tertunda sekitar 10 menitan lantaran menunggu kehadiran 3 ekor penumpang yang belum jua menampakkan batang hidungnya hingga waktu keberangkatan tiba.
Hingga saat tulisan ini dibuat pukul 10 tepat, kami masih berada di udara menyusuri gumpalan awan yang jauh berada di bawah badan pesawat, menampakkan hamparan tanah entah di pulau mana.
Saya sempat memejamkan mata sejenak setelah menuliskan 4-5 draft post blog di seat 1C, kursi terdepan penerbangan kali ini.

Mengamati bagaimana pekerjaan rutin yang dilakoni para pramugari ini, sempat membuat saya terkagum lantaran sigap dan gegasnya mereka bertugas. Baik saat melayani permintaan penumpang yang melakukan pemesanan makan dan minuman, termasuk membunuh waktu jam penerbangan di udara sebagaimana halnya yang saya lakukan saat ini.

Perjalanan kali ini, akan berkaitan erat dengan peraturan perundang-undangan bidang Perumahan oleh tim dari Kementrian PUPR Pusat, yang kalau tidak salah menyasar Undang-undang PKP, Bantuan BSPS atau Stimulan Perumahan Swadaya yang hingga saat ini masih kami jadikan acuan persyaratan pembangunan bantuan rumah layak huni di Kabupaten Badung, pula untuk lingkup Rumah Susun yang belakangan kami tolak pengusulannya atas dasar ketiadaan lahan negara yang bisa dimanfaatkan, juga Rumah Khusus yang diusulkan oleh Kementrian Hukum dan Ham tempo hari di LP Lapas Kerobokan.

Keberangkatan ini kalau tidak salah ingat juga, hanya menyasar 3 (tiga) pemerintah Daerah saja yaitu Provinsi Bali sebagai leading sektor kami selama ini, Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Kabupaten Badung. Entah apa pertimbangan khusus yang diambil oleh Pusat sehingga hanya kami saja yang diundang ke Manado, menimbulkan tanda tanya besar bagi kabupaten lain di Whatsapp group Perumahan dan Permukiman Kabupaten/Kota tempo hari.
Info awalnya sih mengingat dari segi pemberian pendanaan bantuan rumah secara mandiri, baru dilakukan oleh dua kabupaten/kota ini saja, selain keterkaitan dengan produk hukum yang nantinya akan disampaikan.

Terlepas dari itu semua, sebetulnya berat untuk meninggalkan anak-anak di rumah dan juga istri pula orang tua di sela kesibukan pembangunan rumah. Tetapi berhubung sudah tugas yang sudah disetujui keberangkatannya oleh Bapak Bupati Badung, ya wajib dijalani sepenuh hati.

Waktu menunjukkan pukul 10.15 pagi. Yang artinya sudah nyaris dua jam perjalanan dilakoni didalam badan pesawat Lion Air JT 748 ini. Menunggu sekitar setengah jam lagi kalau tidak salah ingat dari penyampaian mbak pramugari tadi, Manado pun rasanya sudah tampak di depan mata.

Semoga selalu sehat dan selamat tiba di tujuan.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.