Jendela kamar menampakkan wajah langit yang mulai benderang, memang sengaja tak ditutup agar bisa melihat perbedaan waktu antara kota Denpasar dengan Kota Manado, Sulawesi Utara. Info yang saya baca dari Google kemarin, bahwa baik Denpasar atau Manado berada dalam pembagian zona waktu yang sama. Lalu mulai tersadar bahwa tidak banyak yang bisa dilakukan sepagi ini. Sayangnya, mata tak lagi bisa dipejamkan, lantaran aktifitas di rumah biasanya sudah dimulai dengan mandi pagi dan mebanten pekideh.
Tidur bisa dikatakan nyenyak. Bisa jadi lantaran seharian kemarin disibukkan dengan perjalanan pagi menuju Manado dengan transit terlebih dulu di bandara Surabaya, dan sore hari sempat menjajal treadmill milik hotel selama 2×2.5 km atau satu jam kurang. Ditambah aksi berkeliling area hotel untuk mengetahui apa saja yang ada di sekitar kami.
Saya baru tahu bahwa di Manado ini, mayoritas dihuni oleh saudara beragama Kristen. Pantas saja ada gereja megah di bilangan jalan Walanda Maramis, dan juga Vihara di sebelah barat hotel yang kami tempati saat ini, berdiri dengan megah tanpa ada protes dan pembungkaman keyakinan sebagaimana keseharian saudara kita di Jawa sana.
Kagum dengan suasananya yang nyaman, sepintas mirip kawasan Gajah Mada di kota kami. Yang membedakan hanyalah gedung tinggi berlantainya saja.
Saat berjalan-jalan mengitari area seputaran hotel swiss-bell, saya menemukan gerai Indomaret berada berdekatan di setiap jalan yang saya lalui. Dari jalan Walanda Maramis, WR Supratman dan Jenderal Sudirman yang posisinya pas di depan hotel. Selain itu banyak juga terdapat kedai kopi baik yang bernuansa tempo dulu juga kekinian dengan jumlah pengunjung yang beragam. Gerai oleh-oleh juga banyak saya liat yang bisa diakses sekitar 250 meteran dari hotel, jadi cukup dengan berjalan kaki tak sampai lima menitpun sudah bisa sampai.
Di kawasan ini saya jarang menemukan bangunan yang masih menggunakan atap limas, sebagaimana di Bali. Rata-rata mengadopsi bentukan plat beton menjulang 3-4 lantai. Beberapa bangunan lama dengan gaya belanda tampak masih dipertahankan oleh penghuninya, meski harus terhimpit diantara bangunan megah lainnya. Suasananya mirip Kota Denpasar, lengkap dengan trotoarnya yang tampak rusak di sana sini.
Wifi Hotel bisa diakses free tanpa adanya password atau fungsi keamanan lainnya. Sudah gitu kenceng pula. Saya dan rekan sekamar pun memanfaatkannya untuk mengunduh puluhan lagu lama yang ada di belahan dunia maya termasuk beberapa filem lama yang belum sempat diunduh sebagai teman beraktifitas kelak. Kebetulan rekan saya ini memiliki hobi dan aktifitas yang mirip, jadi bisa nyambung begitu awal bertemu.
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 lewat. Saya masih ragu untuk memulainya dengan treadmill atau sarapan dulu…
Comments
Post a Comment