Menginap dua malam di Kota Manado, nyaris gak dapat kemana-mana. Selain agenda yang padat, jadwal penerbangan yang diambil pun sepertinya mefet-mefet kecepetan.
Hari pertama lantaran capek selama proses keberangkatan yang musti transit dulu ke Surabaya, lalu sore hari dilalui dengan tradmill 5 KM, malam jadi tertidur lebih awal. Sementara hari kedua, agenda drop sampai malam, cuma dapat main sebentar buat cari oleh-oleh, langsung menuju tempat tidur yang sepertinya lebih menyenangkan.
At last, saya pulang balik ke Bali pagi ini. Lebih menyenangkan lagi.
Meski siang nanti harus dijejali dengan kewajiban antar jemput anak-anak, gak masalah banget pokoknya.
Pulang…
Rekan sekamar saya, Kepala Dinas Perumahan Rakyat Provinsi Bali, Pak Gede Pramana malah lebih parah. Waktu luangnya selama berada di Manado, dihabiskan penuh untuk berada di kamar hotel. Sempat sih mampir ke gerai Indomaret depan, cuma sebagaimana halnya saya di masa lalu, waktu luang di luar daerah sepertinya lebih nikmat jika dilalui dengan beristirahat. Berhubung kesibukan di tempat tugas bisa dikatakan sangat menyita keseharian.
Tadi pagi pun saya harus membangunkan Beliaunya untuk berpamitan balik ke Bali lebih dulu.
Penerbangan kali ini saya pilih Direct langsung dari Manado ke Denpasar, tanpa acara transit lagi ke bandara lain. Waktu penerbangan jadi mirip saat keberangkatan dari Surabaya kemarin. Agak lama di udara. Tapi sepertinya bisa dilewati untuk tiduran atau nulis hutang blog selama ini. Atau menonton 1-2 film hasil unduhan pake wifi hotel kemarin. Seven Pounds-nya Will Smith atau Dylan 1990/1991. Toh seat kali ini masih sama dengan pesanan sebelumnya di 1C. Tempat dengan ruang paling lega untuk kaki ini.
Waktu masih menunjukkan pukul 6.33 pagi. Jeda setengah hingga sejam kedepan, bakalan bertolak dengan pesawat Lion Air JT 775.
Gak ada salahnya ambil opsi sarapan dulu biar tenang.
Nasi goreng Solaria ini tampak enak meski harganya mahal untuk ukuran kelas rakyat macam saya.
Comments
Post a Comment