Gak terasa, lima tahun sudah saya lekat dengan brand image SmartFren di mata rekan-rekan sejawat, tepatnya sejak Mas Seno Pramuadji memperkenalkan jaringan 4G LTE ke anak-anak Bali Blogger di gerai fastfood Kuta dan itu berlangsung sampai bulan April kemarin. Minimnya waktu luang untuk bisa memimpin komunitas regional Bali menjadi penyebab paling utama, disamping jaringan SmartFren yang belakangan lumayan kacau pasca diperkenalkannya Perdana Semeton Bali tempo hari.
Akhirnya memang harus memilih, say Goodbye pada SmartFren dan Community.
Didaulat secara aklamasi oleh Mas Dhani setahun lalu saat pertemuan di bilangan Teuku Umar Barat sebenarnya sempat memberikan kekhawatiran akan waktu luang dan penggalangan massa bilamana dibutuhkan. Secara pribadi bisa dikatakan waktu di luar jam kerja kini, lebih banyak terkuras untuk anak-anak dan keluarga. Itupun dalam waktu sehari pun masih terasa kurang, termasuk saat weekend.
dan ternyata benar adanya. Kekhawatiran itu terjadi.
Dari beberapa kali event yang dilakukan pada jam dan hari kerja, saya pribadi jadi kerap absen, termasuk kesulitan mendatangkan anak-anak dalam komunitas Bali yang lain, karena masing-masing memiliki pekerjaan tetap yang tidak bisa ditinggalkan. Jadi kasian juga sebenarnya pihak SmartFren pusat dan kawan-kawan yang sudah jauh datang ke Bali, malah gak bisa mendampingi. Apalagi mereka itu baik banget sejauh ini, share semua perangkat terkini yang dirilis, baik untuk keperluan review meski dengan viewer tak seberapa, atau memang digunakan dan sekaligus diperkenalkan ke teman-teman sejawat.
Ada rasa berat sebetulnya saat memutuskan untuk say goodbye ke komunitas, apalagi akhir tahun kemarin sempat merasakan outbound di Bogor plus pendidikan yang amat jarang bisa didapatkan dalam pergaulan di Bali. Cuma ketimbang nantinya bakal mengecewakan lebih jauh, saya pamit dan mohon ijin ke Mas Dhani, Mas Kadi, Mbak Dhian dan Mas Purwanto leader komunitas panutan kami.
Sayangnya pas pilihan itu diambil, jaringan SmartFren lagi kacau berat di Pulau Bali ini. Tak hanya itu, jaringan SmartFren juga tumbang saat perjalanan ke Lombok Timur yang dilakukan September lalu sempat saya share di whatsapp group agar menjadi masukan bagi tim jaringan di pusat sana. Termasuk saat melawat ke Nusa Penida awal tahun, SmartFren yang katanya sudah mengadopsi jaringan 4.5 G malah kalah jauh dengan jaringan 3 G milik XL/Axis yang secara kebetulan, nomornya masih saya gunakan sampai saat ini.
Maka setelah putus asa dengan jaringan SmartFren yang tak banyak berubah pasca komplain tempo hari, saya pun memutuskan pensiun dini penggunaan kartu operator SmartFren. Karena kelihatannya seiring dengan penambahan jumlah pelanggan, peningkatan traffic penggunaan, tidak dibarengi dengan perbaikan layanan. Termasuk oleh customer service admin akun Twitter SmartFren, yang lebih mirip robot penjawab ketimbang orang per orang dalam menanggapi keluhan penggunanya.
Kini, sudah sekitar 2 bulanan saya tak lagi menggunakan nomor SmartFren. Semua nomor dan perangkat yang pernah saya gunakan, dengan sukarela dihibahkan pada mereka yang membutuhkan. Hanya saja pencatatan history nomor dan kepemilikan KK masih tetap tercatat sebagaimana adanya terdahulu. Ada keinginan untuk menghapus semua dari KK, namun belum sempat saja main ke gerai SmartFren di Pulau Kawe sampai hari ini. Entah karena kesibukan pada jam dan hari kerja, atau malah sudah kadung lupa saat dapat waktu luang.
Sekali lagi Mohon Maaf untuk Mas Dhani, Mas Kadi, Mbak Dian, juga Mas Purwanto yang banyak memberikan pengalaman kepada saya pribadi terkait pemanfaatan data dari SmartFren hingga hari ini. Termasuk semua rekan-rekan Leader SmartFren Community dari 22 kota yang beruntung bisa saya kenal dalam agenda pertemuan di Jakarta tempo hari. Sekiranya ada kesalahan yang dilakukan secara sengaja ataupun tak sengaja, Mohon bisa dimaafkan.
Sukses selalu bagi Tim SmartFren dan semoga bisa lebih baik lagi kedepannya.
Tidak lupa salam hormat saya pada Mas Seno Pramuadji yang kini sudah mapan di bukalapak, lalu Mas Aldridge yang kini mapan pula di Pocari, serta Mas Anton dan lainnya yang pernah saya kenal dan ngobrol langsung.
Comments
Post a Comment