Skip to main content

Debat Pilpres ? Gak Menarik. Kecuali Kamu Masuk dalam Kelompok Ini

Terakhir saya menonton agenda debat paslon kalau tidak salah saat pertaruhan Pilgub DKI masa Ahok-Anies-AHY yang memberikan satu kesimpulan singkat, bahwa menang diatas angin dalam debat, tidak serta merta mengunggulkan suara perolehan pasca coblosan, karena masih banyak faktor dan sebab musabab lain yang bisa mempengaruhi bahkan secara signifikan pula.
Setelah hasil pemungutan suara diFinalkan, makin kesini, agenda debat pun jadi gak menarik lagi. Termasuk saat PilGub Bali tempo hari dan PilPres kali ini.

Infonya sih Debat Capres semalam, bisa dikatakan cukup menghibur banyak netijen. Dari kebingungan paslon 02 soal pemilihan kata ‘Unicorn’ atau luasnya lahan yang dikuasai, sampai salah-salah data paslon 01 dalam beberapa hal yang disampaikan.
Gambaran umum seperti ini sudah cukup membuat saya ejakulasi politik di pagi buta, sesaat sebelum lanjut ke rutinitas pagi sebagaimana biasanya.

Semalam, saya sendiri memilih untuk rebahan di kasur darurat yang akan menemani hingga enam bulan, sambil memantau pergerakan timeline akun Twitter yang baru saja mulai ramai membicarakan jalannya debat. Sebelum akhirnya benar-benar tertidur dengan posisi masih menggenggam ponsel saking bosannya.

Entah bagaimana, kok sepertinya dalam usia yang sudah kepala empat keatas, agenda debat paslon atau pilpres tak lagi mendebarkan untuk dinanti.
Yang rupanya dirasakan pula oleh beberapa sejawat seusia sepenanggungab.
Bisa jadi lantaran secara pilihan memang sudah mengerucut ke salah satu paslon sejak awal. Malas untuk berpaling lagi. Kecuali kedepannya, bakalan terjadi satu dan lain hal yang berpotensi menghilang keingan untuk memilih dan menggunakan hak suara.

Sementara di luar sana, yang masih tampak heboh dan ramai dengan pilihan masing-masing, hadir dari kelompok yang merasa memiliki kepentingan terhadap kemenangan paslon jagoan, entah secara pribadi atau lingkup luas bangsa. Ataupun kepentingan lainnya seperti keyakinan, kesempatan ataupun perolehan rejeki dengan cara baik ataupun tidak.
Bisa juga kalian yang termasuk kelompok swing voter. Satu kelompok anak muda yang secara usia, baru saja melampaui batas minimal kepemilikan hak suara, namun secara pengetahuan bisa jadi belum memahami benar peta politik dan history masa lalu paslon yang ada, maupun partai dan isu yang diangkat. Yang secara pilihan, memang belum pasti bakalan memihak sisi mana.
Ada juga kelompok yang begitu menikmati jalannya debat, dengan tujuan menjatuhkan image lawan dimata para kawan dan saudara serta mempengaruhi pilihan meski dengan cara hoax sekalipun.

Kamu sendiri ? Masih suka mantengin debat paslon sejauh ini ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.