Data-data, Datum, bukan Date-date (translate ke Bahasa Bali : aneh-aneh)
Secara reflek saya langsung menarik nafas lega ketika petugas desa yang saya hubungi satu jam lalu memberi informasi akurat sesuai permintaan yang diharapkan. Jadi bersyukur karena dugaan kami selama ini, masih boleh diyakini kebenarannya.
Bahwa rekan-rekan aparat desa dimana ‘fitnah’ ini diarahkan, mampu mematahkan tuduhan dengan adanya bukti data, data dan data.
Sementara yang melontarkan tuduhan, malah seenaknya mengaku hanya mendapatkan informasi dan meneruskan keluhan masyarakat sekitarnya agar program pimpinan daerah tak lantas salah arah.
Tapi mbok ya menuduhnya juga dengan Data, jangan asal ‘katanya’ saja.
Data menjadi penting, ketika kita para pelaksana tugas diperiksa lebih lanjut atas semua kinerja atau hasil kegiatan yang dilakukan sejauh ini.
Apalagi kalau sumber dana yang digunakan adalah uang masyarakat, dana apbd/apbn pemerintah yang memang rentan disalahgunakan.
Itu sebabnya berkali-kali diingatkan agar kita bisa membackup diri dengan data.
Dalam bentuk apapun.
Karena bilamana kelak ketika kita tidak mampu menunjukkan data lebih lanjut, tuduhan atau prasangka yang tadinya mungkin dilontarkan untuk coba-coba, bisa jadi sebuah bukti baru untuk menjatuhkan semua kerja keras yang pernah dilakukan sebelumnya, tak peduli akan kejujuran, waktu serta tenaga yang dikorbankan secara pribadi maupun tim.
Saya sendiri ketika tuduhan atau prasangka itu disampaikan, sempat terhenyak sendiri dan meragukannya. ‘Apa iya, aparat Desa yang sejauh ini cukup kooperatif dalam banyak hal masih bisa tersandung tuduhan yang sama seperti sebelumnya ?’
Namun karena penyampaian dari atasan, yang masih saja beranggapan negatif pada bawahan, ada rasa ‘jengah’ untuk kembali bisa membuktikan bahwa prasangka itu hanyalah sebuah tuduhan politis yang tak berdasar pada data lapangan sesungguhnya.
dan Lagi-lagi, semua itu bisa dipatahkan dengan data, data dan data.
Malahan kini jadi balik bertanya pada mereka yang kerap menyampaikan tuduhan atas dasar ‘katanya’ info sepihak dari masyarakat, tanpa menelusuri terlebih dulu fakta lapangan dan situasi kondisi sesungguhnya.
Ada motif apa sebetulnya dibalik ini semua ?
Comments
Post a Comment