Media Sosial, utamanya FaceBook, group Suara Badung, yang saya ikuti sejak menjabat sebagai kepala seksi di skpd teknis Kabupaten Badung jadi riuh rendah dengan adanya PilGub Bali sebagai bagian dari Pilkada Serentak 27 Juni 2018 nanti.
Group Suara Badung ini kentara sekali jadi makin panas dengan naiknya tensi politik jelang hari pencoklitan rabu mendatang.
Beberapa Black Campaign mulai disodorkan oleh mereka yang sedari awal sudah terang-terangan mendukung salah satu paslon hingga mereka yang sedari awal ngotot mengaku Netral, kini sudah mulai beralih dan mengakui pilihan politiknya. Sah sah saja…
Sebaliknya di akun Twitter tampaknya masih belum seramai FB lantaran tidak banyak orang atau netizen dari pulau Bali ini yang aktif bersuara utamanya terkait PilGub Bali. Timeline saya sendiri masih disibukkan dengan pertarungan Cebong dan Kampret, para pendukung Calon Presiden terdahulu dan besok, yang hingga hari belum bisa Move On dari topik utama. Bisa dikatakan, topik PilGub Bali tak begitu menarik untuk dibahas di akun Twitter. Tenggelam oleh aksi #recehkantwitter atau #twitwor yang memang begitu menghibur dan mengundang tawa.
Generasi Milenial ataupun Anak Muda seperti kami saat ini sebenarnya dianggap sebagai satu potensi yang lumayan menggoda untuk bisa menambah pundi-pundi suara dan juga dukungan.
Swing Voter, begitu istilah yang mereka berikan.
Jadi tidak heran bila pola kampanye dua paslon PilGub Bali saat ini, ada juga yang berusaha untuk meraup pangsa remaja lewat konser musik yang diadakan secara berkala dari satu kota ke kabupaten lainnya. Tidak jarang, banyaknya massa yang hadir dalam pertunjukan konser musik tersebut, diklaim sebagai bentuk dukungan masyarakat pada paslon penyelenggara.
Demikian halnya dengan isu Bali Tolak Reklamasi yang diperjuangkan oleh For Bali selama lima tahun ini, dimana last minute beredar Surat Permohonan Reklamasi dari salah satu paslon saat yang bersangkutan masih menjabat di posisi yang berbeda, atau Surat Rekomendasi dari pendukung paslon lainnya yang juga tak kalah ributnya, mengundang pro dan kontra, pula tentu saja Black Campaign antar keduanya.
Belum lagi soal sangkaan Korupsi atau tuntutan hukum yang mampu menciderai kedua paslon saat sudah dilantik menjadi Gubernur Bali nantinya.
dan ada banyak hal lain yang menambah riuh masa kampanye di akun media sosial belakangan ini.
Maka itu menarik juga ketika menyimak hasil polling online yang dibesut admin akun Twitter @BaleBengong yang hanya menyajikan hasil sebanyak 306 Votes dari 101K follower yang menyatakan ‘tidak peduli’ akan pilihan PilGub Bali yang diambil nanti saat hari pencoklitan tiba. Miris ?
Demikianlah.
Kedua Paslon PilGub Bali merupakan Generasi Tua yang tampaknya belum mampu menghapus dahaga generasi Jaman Now akan sosok cerdas pemimpin daerah seperti pak Ahok atau pak Jokowi. Sehingga apa yang dipaparkan sebagai program kerja mereka nantinya saat terpilih hingga 5 tahun kedepan, belum mampu mengubah rasa pesimis masyarakat Bali umumnya menjadi lebih optimis. Kerja Nyata yang benar-benar bisa dirasakan.
Keduanya masih tak bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu, bayang-bayang dosa yang pernah dilakukan saat menjabat di posisi sebelumnya, bahkan bisa dikatakan, keduanya tidak memiliki banyak rekam jejak akan pembangunan fisik saat jabatan dipercayakan kepada mereka.
Bisa jadi itu menjadi sebab bahwa masih banyak Generasi Muda Jaman Now yang bingung menentukan pilihan bahkan jadi Tak Peduli pada perhelatan PilGub Bali tahun ini.
Ini opini saya sih…
CMIIW
Comments
Post a Comment