At Last, proses penghitungan cepat atau Quick Count diinformasikan sudah 100 persen diserap, dan paslon KBS-ACE tampil sebagai pemenang di 6 Kabupaten Provinsi Bali mengalahkan paslon nomor 2 yang dipaksa kembali duduk sebagai Walikota Denpasar, Rai Mantra. Sementara sang Wakil Gubernur, setelah usai nanti sepertinya tidak lagi menjabat di kursi yang sama.
Sebagai ASN, baru kali ini saya berani membuka suara terkait pilihan pilkada, pilGub Bali secara terang-terangan. Mengingat selama masa pra dan kampanye, sesuai peraturan yang berlaku, kami dituntut untuk tetap Netral, tidak mendukung salah satu paslon, dalam bentuk apapun. Toh hasil sudah rilis resmi secara umum.
Namun demikian, kepada beberapa teman dekat, saya sudah menyampaikan arah pilihan yang akan disasar dengan alasan yang bisa diterima. Baik sebagai Warga Kota Denpasar yang sebetulnya tertarik pada sosok Rai Mantra, namun sebaliknya dengan sosok wakil yang dipilih, pula persoalan Partai Pengusung, maupun sebagai Pegawai Pemkab Badung yang wajib mendukung pilihan Bapak Bupati Badung untuk Satu Jalur. Bagaimanapun juga ‘payuk jakan’ hingga pensiun nanti ada di Kabupaten Badung.
Sudah bisa bisa ditebak.
Pada TPS dimana saya mendapat kesempatan mencoblos paslon 1, hasil perhitungan surat suara rata-rata berada pada rentang 1:3.
Artinya secara pilihan figur, Rai Mantra jauh lebih menarik ketimbang Koster yang notabene merupakan Kader partai PDIP. Dimana selama saya mengikuti pilkada, suara partai PDIP selalu signifikan hasilnya. Bahkan saat pilpres terakhir sekalipun.
Maka kali ini, pilihan akan Partai Pengusung kelihatannya sudah tidak menarik lagi bagi warga kami disini. Meski secara militansi saya yakin banjar Tainsiat masih merupakan basis PDIP, namun serupa keputusan para penglingsir partai disekitar kami, hampir semua mengalihkan dukungan pada figur atau sosok Rai Mantra.
Harusnya ini menjadi pembelajaran bagi Rai Mantra kedepannya.
Bahwa urusan untuk bisa maju ke kursi Bali 1, tidak bisa hanya mengandalkan figurnya saja. Tapi juga soal pemilihan calon wakil pendamping dan partai pengusung. Demikian halnya dengan pendukung, yang kelihatannya sudah tutup mata dengan semua itu.
Boleh boleh saja merasa percaya diri akan kemampuan figur, namun jika salah langkah terlampau jauh ya susah juga jadinya.
Apalagi tagar 2019 Ganti Presiden begitu masif disuarakan bila kelak Rai Mantra berhasil memimpin Bali 2018.
Andai dahulu Rai Mantra bersedia menjadi Cawagub dulu sebelum naik ke kursi Bali 1, saya yakin cerita akan lain.
Tapi keputusan sudah diambil.
Hasil Pilkada pun sudah positif jadi. Meski belum dirilis resmi oleh KPUD.
Terlepas dari semua kontroversi yang menyertai selama berjalannya masa kampanye, termasuk soal #Nasbedag istilah yang belakangan ngeTrend kembali terkait aksi Bali Tolak Reklamasi, ataupun dugaan kasus korupsi yang dialamatkan, faktanya Koster telah mampu tampil sebagai pemenang pada kontestasi pilka?a Bali memperebutkan kursi Gubernur.
Semoga saja bisa memberikan solusi yang lebih baik bagi Bali hingga 5 tahun kedepannya. Tidak hanya berpihak pada satu dua kabupaten, namun mampu merangkul semuanya serta membuktikan kata dan janji saat masa kampanye kemarin.
#SalamSatuJalur pun menggema dimana-mana.
Selamat untuk paslon Koster dan Cok Ace.
Gubernur dan Wakil Gubernur Bali Tahun 2018.
Comments
Post a Comment