Skip to main content

Menanti Pertarungan Lokal Motor Matic Premium 250cc

Mengambil keputusan untuk memilih Yamaha XMax 250 pada pertengahan tahun 2017 lalu, menggantikan posisi Yamaha Scorpio 225 sebenarnya sudah menjadi impian sejak lama. Kalau tidak salah, saat isu XMax akan dirilis, sesaat setelah NMax masuk pasar Indonesia.
Saat DP diberikan ke agen Yamaha di bilangan Diponegoro Denpasar, beberapa kelemahan Motor Matic Premium rakitan lokal ini sudah bisa diketahui lebih awal. Salah satunya penggunaan bodi plastik yang belakangan mulai dikhawatirkan calon pengguna, pasca dua kali kalah tabrakan dengan motor bebek generasi old. Garpu depan bahkan hingga ke velg, hancur berantakan.
Meski secara Harga Jual masih ada yang mengatakan terlalu mahal untuk sebuah motor dengan mesin satu silinder, namun bagi pasar Indonesia yang bisa jadi lebih mengutamakan penampilan, Yamaha XMax 250 sangat menggiurkan untuk dibawa pulang dengan kisaran 56,5 Jutaan.

Sebelum Yamaha merilis seri Maxi Premium ini, Suzuki sudah lebih dulu mencoba masuk lewat seri Burgman 200cc. Yang kalau tidak salah saat ini dilego dengan harga baru, nyaris 60 Jutaan.

Dengan jenis mesin yang sama namun berkapasitas sedikit lebih kecil dan bodi yang sedikit lebih rendah, untuk lokalan tampaknya masih belum banyak bisa dilihat bersliweran di jalanan.
Lantaran dengan rentang harga seperti itu, pasar mungkin lebih melirik Kawasaki Ninja 250R versi awal, meski secara model ya kembali ke selera masing-masing.
Meski demikian, Suzuki tampaknya masih berupaya masuk dalam kapasitas mesin yang sama lewat seri Sky Wave 250.

Setelah Yamaha XMax 250 dirilis ke pasar lokal, Kymco sebagai pemain lama motor matik, sudah menyiapkan seri Downtown 250cc dengan harga jual 68 Jutaan. Angka yang cukup fantastis mengingat secara spesifikasi tidak jauh berbeda dengan versi Yamaha punya.

Sementara itu Honda, sang raja yang memimpin pasar motor lokal, rupanya sudah merilis seri Forsa 250cc di pasar Jepang dengan harga jual 83,5 Juta. Paling tinggi di level yang sama sejauh ini.
Bisa semahal itu lantaran produk masih merupakan barang impor dengan rakitan Thailand. Jadi ingat seri PCX seri awal yang juga memiliki harga jual cukup besar disandingkan sejawatnya.

Menanti pertarungan pasar lokal untuk motor matic kelas Premium 250cc, tampaknya bakalan ramai di tahun 2019 mendatang.
Apabila ketiga brand diatas ingin bersaing merebut kue penjualan motor matik kelas premium di pasar lokal dari Yamaha, harapannya tentu saja, produk bisa dirakit disini sehingga harga jual yang bisa ditawarkan kepada konsumen jadi tidak jauh berbeda.
Cuma, apa Mungkin ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.