Skip to main content

Memberi Pelayanan Terbaik bagi Konsumen, atau Mengabaikannya ?

Terlepas dari kemudahan yang diberikan atas pilihan pengambilan menu bazaar yang kerap dilakukan oleh sejumlah yayasan atau perkumpulan di provinsi Bali ini, secara pribadi sebetulnya kangen juga kalo saat ditodong paksa untuk membeli dua hingga empat lembar sekaligus, menyasar lokasi di lingkungan banjar atau desa setempat. Namun bisa jadi lantaran ribetnya prosedur dan persiapan, pengadaan ba?aar kini sudah malih rupa menjadi menu cepat saji semacam McDonalds atau KFC.

Jika hanya diberi opsi dua pilihan diatas, kalo boleh memilih, mending ambil yang McD ketimbang KFC.
Satu pertimbangan utama adalah pola pengambilannya, yang bilamana sedang tidak punya banyak waktu, untuk McD masih bisa diambil melalui jalur Drive Thru dimana Konsumen tidak lagi perlu antre berdiri.

Kondisi jadi semakin tak nyaman, ketika kejadian hari Jumat 13 April lalu, saat sudah antre untuk sekitaran 5-7 orang dalam satu barisan, rupanya opsi Nasi Putih yang seharusnya ada dalam paket, habis lantaran membludaknya pengunjung. Tentu yang nasibnya tak beruntung seperti saya, musti menunggu lagi di meja depan kasir, dengan estimasi sekitar 15 menitan yang nantinya pesanan akan diantar sendiri oleh petugas.
Begitu kata pramusaji gerai KFC jalan Kebo Iwa/Gatsu Barat Denpasar.

Setelah menunggu sekitar 15 menitan, pesanan tak kunjung datang.
Tumben dalam sejarah mengambil kupon bazaar hingga empat puluh menit lamanya, belum juga selesai. Coba kalo di gerai McD ? Gak sampe nunggu lama, kendaraan langsung cusss meninggalkan lokasi.
Hmmm… langsung ngeTweet ke akun KFC dan baru mendapat tanggapan esok harinya, 14 April pk.10.44 AM.

Memberikan Pelayanan yang Terbaik bagi Konsumen sih, sudah seharusnya dipegang teguh oleh para Produsen jika yang namanya loyalitas kelak diharapkan akan diterima tanpa tedeng aling-aling.

Saya jadi ingat dengan pelayanan Agung Toyota yang ada di ruas jalan Cokroaminoto Denpasar.
Setiap kali mampir secara rutin untuk servis kendaraan, ada saja penambahan fasilitas yang diberikan kepada konsumen saat menunggu proses servis selesai dilakukan. Dari pijat refleksi, pijat elektrik, kantin makan minum hingga makan siang gratis saat konsumen melakukan booking service pada jam makan siang. Kaget tentu saja. Tahu begini kan tiap jam makan siang saja servisnya.

Saat dikonfirmasi ke salah satu staf di bagian kasir, itu adalah bentuk terima kasih mereka pada konsumen yang begitu setia pada brand Toyota, meskipun kini ada brand lain yang mulai masuk pada lini yang sama dan mengambil kue perolehan penjualan setiap bulannya.
Hal yang sama sepertinya berlaku juga untuk layanan cepat saji fast food tadi. Cuma entah apakah mereka memang sengaja mengabaikannya.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.