Tiga tahun lalu, sekitar awal tahun 2015, sang suami pergi lebih dulu pada sang pencipta. Serangan jantung yang mematikan. Kondisi yang memukul telak karena ia hanyalah seorang ibu rumah tangga dengan empat anak yang masih remaja. Kami cukup prihatin saat itu.
Namun pada tanggal 26 Maret lalu, semua cerita ketangguhan akan sakit yang ia derita selama ini, berakhir sudah. Ni Made Suardini, bibi saya sebelah rumah, meninggal dunia di Rumah Sakit Sanglah. Kabar yang menyedihkan jika mengingat ada empat anak remaja yang sebenarnya masih membutuhkan kehadiran kedua orang tua. Mungkin ini yang namanya nasib buruk.
Saat kami jenguk di awal Maret lalu, Bu Kadek masih terbaring lemah dan tertidur akibat sesak yang lumayan menyiksa. Ditunggui sang anak yang masih kuliah, menempati ruang intensif berisikan empat pasien, lantai dua tepat di belakang UGD. Wajahnya yang letih tak menyurutkan senyum yang selalu ada tiap kali kami menyapanya. Sosok yang ramah.
Hanya 51 tahun usia yang diberikan oleh-Nya. Bisa jadi usia sepantaran dengan sang suami yang sudah lebih dulu pergi.
Rabu siang, upacara pengabenan akan dilaksanakan. Sedangkan proses ngeringkes dan ngajum kalau tidak salah dijadwalkan selasa besok.
Amor ring Acintya Bu Kadek Suardini.
Comments
Post a Comment