Langit yang tadinya cerah benderang, kini sudah beranjak menjelang sore. Suasana rumah dan lingkungan masih sama. Terasa sunyi dan sepi.
Kicauan burung yang tadi pagi ramai terdengar, berganti dengan obrolan canda para sepupu di bale bali. Hari biasa tak akan pernah sejelas ini dari jauh.
Kaki masih melangkah satu demi satu. Menyusuri permukaan paving natural halaman rumah yang kini sudah mulai berdebu. Tertutup tanah juga lumpur pasca hujan seharian kemarin. Mengering menyisakan lapisannya yang kotor pada kedua telapak kaki ini.
Perayaan Nyepi tahun ini jauh lebih hening. Bisa jadi lantaran sebagian besar operator internet membunuh jaringan mereka dalam satu hari penuh sejak pagi. Membuat dunia maya seakan kosong tak berdaya.
Tak terlihat lagi pembagian informasi provokasi Nyepi sejauh ini. Pula makian demi makian atas ketidakpuasan larangan aparat desa setempat, yang diunggah ke media sosial.
Warga Bali tampaknya jauh lebih menikmati Tahun Baru Caka 1940 ini. Setidaknya demikian yang tampak di permukaan.
Sebotol besar Tuak habis ditenggak seharian ini. Sedikit demi sedikit.
Masih ada dua botol lagi yang tersisa di dalam kulkas. Bekal buat diri sendiri melewati gelapnya malam Nyepi.
Rasa pening pun mulai mendera kepala. Melebarkan alur aliran darah, siap mengantarkan tidur ke alam mimpi.
Comments
Post a Comment