Skip to main content

Yamaha XMax 250, Besar Gagah tapi... ?

Kaget sekaget-kagetnya pas melihat secara langsung bodi bongsor XMax 250 dari dekat di gerai Yamaha Diponegoro, saat membayar lunas administrasi hari Selasa sore kemarin.
Bagaimana tidak, biasa bolak balik membawa Honda Beat milik istri ke tukang cuci depan rumah, jadi bengong sendiri liat dimensi dudukan belakang motor matic satu ini.

Berhubung saya melewatkan semua proses launching Yamaha XMax tempo hari, dan juga hanya bisa memantaunya lewat halaman YouTube, ya jelas saja jadi kaget. Meskipun sudah tahu dari para reviewer, tentang tidak biasanya ukuran motor utamanya bagi pengendara dengan tinggi tubuh standar orang Indonesia, tetep aja kaget pas menyadari langsung bagaimana kenyataannya.

Honda PCX yang awalnya sudah saya anggap gagah, membuatnya tampil mini ketika disandingkan bersama XMax 250. Gilak bener. Padahal secara kapasitas mesin, ya ndak jauh-jauh amat. Tapi secara visual, kesan luksnya PCX jauh lebih baik dengan bodi glossy. Sedang XMax lebih ke penampilan doff.

Besar dan Gagah. Itu kesan pertamanya.

Setidaknya untuk urusan kaki pengendara, kini ndak usah khawatir bakalan membentur setang motor, mengingat jarak dudukan dengan setang, lumayan jauh. Demikian halnya sisa dudukan, masih muat untuk Gek Ara dan Gek Intan di bagian depan dengan posisi nyaman.
Asoy…
Persoalan kaca spion juga begitu. Kini bisa melihat rangorang di belakang dengan baik, ndak usah geser kiri kanan lagi pas lagi mau belok.
Trus dudukannya yang tinggi, membuat kaki saya ini agak sedikit menjinjit kalo pas lagi santai di pemberhentian seperti lampu merah misalkan. Ndak bisa saya bayangkan kalo tinggi orang itu setara rata-rata lokal.

Tapi… ?
Ada tapinya juga sih ya. Bagaimanapun kelebihan, kekurangan pasti ada. Setidaknya menurut saya.

Bodi Besar dan Gagah rupanya lebih banyak lantaran chasing bodi yang agak berlebihan.
Kompartemen di bawah Jok jadi contoh pertama. Lebar dan dalam. Keknya Gek Ara muat kalo mau diboboin disitu.
Dinding juga bawahannya saat diketok-ketok ya plastik kek fiber gitu. Jadi kesan rapuh dan ringkih saat mengetahui bodi aselinya langsung nempel di pikiran. Begitu juga pas getok-getok penutup mesin, tutupan depan dan lainnya, anjir ini ndak ada logam-logamnya.
Hanya di warna silver bagian motornya saja yang mengandung tingkat kekerasan lebih.

Untuk jangka pendek mungkin bakalan adem dipandang, tapi jangka panjang ?
Saya jadi ingat dengan motor matic lainnya, dengan bodi mengelupas mungkin lantaran terkena paparan panas matahari atau bisa jadi panas mesin saat digunakan berkendara lama. Ealah… ini musti diakali sepertinya.

Keluhan ini sempat disampaikan ke seorang kerabat yang kebetulan sudah kenyang gonta ganti motor. Dari Tiger lama, Tiger Revo, Inazuma, Ninja 250 sampai 650 pun pernah dilahapnya, dan dijual kembali setelah bosan.
Persoalan ketok-ketok bodi ya memang ada dalam setiap kendaraan masa kini, kata dia. Saya aja yang masih beranggapan dengan motor jadul, bersikeras berharap ada unsur logam dibeberapa bagian bodi.
Setidaknya biar selaras dengan besar dan gagahnya bodi, atau paling minim saat berkendara dan seandainya terjadi tabrakan, gak ancur ancur amat part lainnya mengingat secara harga lumayan mahal buat ditebus.

Lain lagi dengan dudukan yang lebar. Sepertinya ni motor memang diperuntukkan bagi pasangan yang memiliki tinggi diatas rata-rata orang indonesia. Karena kalo mau gandeng belakang, musti ngangkang cemnya ayam panggang. Mereka yang semampai, saya yakin bakalan kesulitan kecuali ambil pose gandeng samping.

Trus ada knalpot, yang meskipun berwajah gahar tapi suara yang dikeluarkan tergolong halus, gak match. Ini mirip Yamaha Scorpio terdahulu, yang gak mencerminkan kekarnya penampilan.
Keknya dalam waktu setahun kedepan musti ganti yang agak garang tapi meredam. Macam vokalisnya Obituary gitu.

Soal speedometer memang keren dengan perpaduan analog dan digital di tengahnya. Cuma informasi yang ditampilkan terlalu berlebih. Mirip miliknya roda empat, jadi agak khawatir juga soal perawatan atau pemeliharaannya kelak. Pasti mahal lah…

Terakhir tentu saja soal kunci kontak yang tanpa kunci kontak. Musti banyak belajar dari User Manualnya agar bisa mengetahui cara menyalakan motor, membuka tangki bensin hingga mengunci setang.
Memang tidak biasa kelihatannya…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.