Gak terasa Tiga Minggu sudah kakak liburan di Bali.
Mengajak dua Putranya yang sudah segede gaban bersama sang istri, menepati janji yang pernah mereka ucapkan lima tahun lalu. Pulang sebentar setelah lelah mengumpulkan dollar.
Ada banyak cerita yang dilalui selama mereka di Bali. Dari soal ujian bahasa Inggris setiap hari bagi semua orang di rumah lantaran dua ponakan tidak menguasai bahasa ibu, melali dan melali nyaris tiap hari, hingga ributnya tandem baru, Ananta bungsu dari kakak dengan Ara bungsu kami, yang terlihat cocok satu sama lain dalam kesehariannya.
Saya sendiri bagai ujian praktek bicara Inggris dengan upaya grammar seadanya, modal nekat, pokoknya biar tetep nyambung, karena kasian juga kalo diem dieman sepanjang hari. Menyapa, menawarkan makan malam, atau sekedar ngocehin game yang mereka mainkan melalui ponsel iPhone 4nya.
Sementara untuk Mirah dan Intan, yang sebelumnya terdengar begitu fasih berbahasa Inggris, mendadak diam tanpa berani berkata apa apa. Seperti biasa, takut salah ucap.
Padahal, mumpung dengan saudara lah salah ucap itu musti dibiasakan, biar tahu salahnya dimana. He…
Tapi Jujur, selama Tiga Minggu ini, saya jarang bisa mengungkapkan perasaan dalam tulisan Blog tentang aktifitas mereka. Pun demikian saat kepulangannya hari Jumat lalu.
Itu sebabnya baru hari ini bisa tersampaikan.
Terlupakan dengan rasa haru dan senang, bisa bertemu lagi. Padahal selama empat tahun terakhir, pasca meninggalnya kakak perempuan, saya merasa tak punya saudara yang diajak menikmati hari. Yang ini jauh di Canada, meski masa kekinian ada video call nya whatsapp, tetap saja tak merasakan nikmatnya ‘mendekatkan yang jauh.’
Comments
Post a Comment