Skip to main content

Ketika Pengerupukan, Ogoh-Ogoh dan Perayaan Nyepi menjadi Hal yang Biasa

Selamat Tahun Baru Caka 1939 untuk semeton tiang sareng sami, pengunjung halaman www.pandebaik.com dimanapun kalian berada.
Ini adalah kali kesekian perhelatan Hari Raya Nyepi yang kami lalui tanpa kesan… Ya, Tanpa Kesan.

Pengerupukan yang diramaikan oleh pawai Ogoh-ogoh sejak sore hingga dini hari, sehari sebelum Nyepi, kami lalui dengan melaksanakan Upacara sejak pagi hingga siang, dilanjutkan dengan keliling kota bersama keluarga, melihat-lihat hasil kreasi Ogoh-Ogoh di seantero Denpasar.
Usai itu, kami meninabobokan anak-anak dan sore lanjut dengan upacara, menonton pawai sebentar, lalu mengabaikan dan menikmati istirahat malam di tengah hiruk pikuk gambelan.
Sedangkan Hari Raya Nyepi, dilalui laiknya hari biasa, dengan mengurangi penggunaan lampu, nyala api, keluar rumah hingga hingar bingar suara di halaman.
Begitu berulang, dan memang tanpa kesan.

Entah kenapa, makin kesini semua menjadi Hal yang Biasa.

Bisa jadi karena Hari Raya Nyepi disadari betul sudah dilalui setiap tahunnya dengan ritual dan rutinitas yang nyaris sama. Kami tak pernah menghindari Nyepi dengan liburan panjang ke luar pulau, Kami juga tetap berupaya patuh pada larangan dan edaran pemerintah sejak awal mengenal Nyepi.
Jadi memang Nyepi merupakan Hal yang sangat sangat Biasa.

Ini rupanya menular juga pada anak-anak.

Kami tak lagi betah menonton lewatnya puluhan Ogih-Ogoh di depan rumah, yang memang menjadi jalur strategis bagi mereka yang mengarak hasil karya hingga pulang balik ke tempat asal masing-masing. Hanya sebentar saja. Dan ketika sudah dianggap cukup, kami kembali pulang dan beristirahat.

Tapi dulu memang pernah mengalami masa-masa dimana usaha mengarak Ogoh-Ogoh sengaja melewati jalur yang tak disepakati Desa sebelumnya, hingga nyampe rumah sudah melewati tengah malam, pergantian hari.
Capek menjalankan kewajiban dan lelah selama di perjalanan, berkali-kali dilalui.
Demikian halnya dengan berburu Ogoh-Ogoh setiap hari. Mempublikasi semuanya melalui Sosial media. Namun kini sudah tidak lagi.

Apa ini karena yang namanya pendewasaan diri juga pikiran sudah mulai masuk dan menggantikan masa muda yang menggebu-gebu ?
Atau yang namanya proses perayaan Nyepi memang tak lagi segempita dahulu ?

Atau Kalian juga mengalami hal yang sama ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.