Baru kemarin share cerita ‘Berkendara dengan Uber’ eh kok ya malam pas tiba di bandara Cengkareng malah kena batunya.
Agak kaget juga sebenarnya pas ambil Uber begitu tiba di Terminal Kedatangan. Kami diminta meluncur ke Terminal Keberangkatan yang jaraknya cukup jauh dari lokasi. Sudah begitu jadi makin was was pas baca peringatan yang dijaga dua aparat bahwa ‘tidak boleh menaikkan penumpang atau barang di terminal keberangkatan’,
aduh… ini bagaimana ceritanya ?
Jadi lebih kaget pas masuk kendaraan, menemukan pengemudi rupanya nda sama dengan profil driver yang tampak pada aplikasi.
Yang ini penampakannya sudah tua, ubanan semua, batuk kronis dengan sendawa secara berkala pasca batuk atau meludah sembarangan. Keknya secara personal lebih pantas jadi kakek yang sudah sewajarnya beristirahat disela tawa cucu-cucunya.
Tapi mungkin karena ini Jakarta, dimana kejamnya melebihi Ibu Tiri ya bisa jadi wajar, bathin saya.
Terbiasa dengan pelayanan Uber di Bali yang tertuang dalam postingan sebelumnya, terhapus tuntas gegara cara pengemudi driver yang ajrut-ajrutan. Mengandalkan gigi 2 dan 3 untuk melaju di jalanan tol Cawang. Aduh… parah.
Tapi mungkin Beliau ini diutus jadi Driver Uber saya kali kelima di jalanan Jakarta, tentu ada maksudnya. Untuk mendekatkan saya pada Tuhan dalam doa, setiap waktu ?
Jujur, baru kali ini merasa bego, menyerahkan nyawa sendiri kepada orang yang salah.
Yang meskipun bisa tiba di tujuan, lamanya minta ampun mengingat yang bersangkutan keknya mengalami persoalan dalam penglihatan, nda pasti dalam mengambil arah dan jalur jalan.
Ini Jakarta, bukan Denpasar.
Harusnya Uber bisa lebih selektif lagi dalam memilih Driver saat perekrutan. Terlepas kelak akan tergerus Bintang dan Review Rider, tetep aja agak nyesel memilih Driver satu ini.
Yang pada akhirnya, suka tidak suka hanya tiga bintang saja yang saya berikan. Mengingat setiba di tujuan, malah mabuk dan mual.
Edan bener…
dan Masih lebih mending ketika bertemu Pengemudi Uber pagi ini, yang secara komunikasi musti menggunakan suara yang keras plus tambahan isyarat tangan, rupanya ndak kenal jalanan menuju lokasi kegiatan.
Syukur pimpinan jauh lebih ingat dan hafal, jadi ya nda hanya mengandalkan Google Maps aja cem pengalaman kemarin.
Yah, ini hanya sharing pengalaman aja loh ya…
Semoga saja berguna
Comments
Post a Comment