Skip to main content

Misi Tanoto Foundation Untuk Memajukan Bangsa Indonesia

Sebagai warga negara Indonesia, kita patut bersyukur karena negeri kita dikaruniai alam yang subur dan sumber daya alam yang melimpah. Sayangnya, semua itu belum mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya secara merata.
Jumlah penduduk Indonesia sendiri, hingga saat ini sudah lebih dari 255 juta orang. Jumlah tersebut menjadikan negeri ini berada di posisi keempat dalam daftar negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.

Anderson Tanoto memandangnya sebagai peluang besar karena sekitar 50 persen dari jumlah penduduk Indonesia saat ini terdiri dari kaum muda, sehingga ia optimis untuk bisa berkembang untuk menjadi lebih baik.

“Indonesia kaya sumber daya manusia. Menariknya hampir separuhnya berusia kurang dari 30 tahun,” ucap Anderson Tanoto.

Sebagai Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, Anderson Tanoto menyarankan agar segenap pihak di Indonesia berinvestasi terhadap pengembangan kemampuan manusianya. Ia menuangkannya sebagai dasar utama kegiatan Tanoto Foundation yang didirikan oleh ayahnya, Sukanto Tanoto.

Tanoto Foundation memulai kegiatannya sejak 1981 di Besitang, suatu daerah terpencil di Sumatera Utara. Yayasan sosial membawa misi dari Sukanto Tanoto untuk menghapus kemiskinan dari Indonesia. Ada tiga bidang yang menjadi perhatian utama kegiatan Tanoto Foundation yaitu segi pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan kualitas hidup

Sektor pendidikan yang digarap Tanoto Foundation sangat relevan dengan solusi yang ditawarkan oleh Anderso Tanoto untuk memajukan bangsa. Menurutnya lebih baik menggarap kualitas manusianya supaya Indonesia bisa berjaya. Hal itu hanya bisa dilakukan dengan meningkatkan pendidikan.

Tanoto Foundation melakukan berbagai upaya untuk memudahkan akses pendidikan bermutu di Indonesia. Mereka membuka beasiswa Tanoto Foundation untuk para guru, siswa, hingga mahasiswa. Ragamnya cukup banyak seperti National Champion Scholarschip, Regional Champion Scholarship, hingga Tanoto Teacher Scholarship . Hingga kini sudah lebih dari 6.700 orang yang mendapatkannya.

Selain itu, Tanoto Foundation juga sering menggelar beragam pelatihan bagi para guru untuk meningkatkan kemampuan para pengajar meningkat. Sebab, seiring dengan peningkatan kapasitas guru, hasil pengajarannya pun semakin juga bertambah baik.

Bersamaan dengan itu, Tanoto Foundation tak lupa untuk memperbaiki fasilitas pendidikan di berbagai sekolah. Bangunan yang rusak direnovasi serta sarana penunjang seperti perpustakaan juga dibangun. Semua diharapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berujung terhadap peningkatan kapasitas manusia Indonesia.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.