Satu persatu akun pertemanan di sosial media kembali menampakkan wajah aslinya. Jika selama ini selalu terbuai oleh sejumlah pencitraan palsu yang ingin dibangun dengan tujuan menambah follower atau pengikut, kini kian jelas terlihat mereka ada di posisi mana.
Entah dengan klaim terpanggil karena hati nurani, bisa juga ya sekedar mencari makan di tengah sulitnya persaingan yang ada.
Timeline mulai dipenuhi ajakan dan paparan ayat ayat suci yang sesungguhnya tak relevan bila dikaitkan dengan ajang pilkada. Apalagi Indonesia adalah negara demokrasi.
Ya, topik ini lagi membicarakan Pilkada DKI Jakarta yang oleh sebagian orang disebut sebagai Pilpres edisi 2.
Kehebohannya, black campaign nya, fitnah yang mengesampingkan akal sehat, permainan tafsir kitab suci dan ribut antar kawan lama, ah itu sudah biasa.
Tidak ada kawan ataupun lawan abadi dalam politik. Yang ada hanyalah Kepentingan.
dan semua dibalut dalam bahasa ‘demi kepentingan rakyat’.
Partai yang dahulunya bergabung di seberang, kini mulai merapat dan meninggalkan kesepakatan yang pernah dibanggakan.
dan mereka yang dahulu bahu membahu bersatu melawan fitnah, kini memilih berpisah dan melancarkan fitnah yang sama untuk sang mantan kawan.
Yah… Begitulah…
Hanya yang sangat disayangkan bahwa ada, orang-orang yang dulunya pernah menjadi idola banyak kalangan, kini dijauhi hanya karena politik kepentingan tadi.
Pura buta dan Pura tuli, ikut arus mengadu domba masyarakat, membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar.
Perang sudah dimulai.
Tinggal kalian, inginnya berdiri dimana.
Saya cukup pindah ke Bigo aja sementara waktu.
Comments
Post a Comment