Pada akhirnya saya menyadari, bahwa saya tak membutuhkan lagi sebuah nomor ponsel untuk berkomunikasi, karena keasyikan dari semua itu pelan seakan sirna terbawa oleh waktu.
Kebosanan pun melanda dan menjadikan hari jauh lebih nyaman untuk dinikmati tanpa gangguan dering ponsel.
Apa yang dilewati tiga hari terakhir pun memberi banyak nasehat pada diri. Kehadiran kawan kawan dekat memberi saran untuk membunuh dan melupakan itu semua sejenak, dan jangan mempedulikannya lagi.
dan apa yang disampaikan pak de Muliarta, mantan atasan saya yang kini memilih pensiun dini dari jabatan Kepala Bidang, PPK dan PNS, memang serasa menohok dan mengingatkan saya pada banyak hal.
“Kita yang (ber)tanggung jawab, tapi disekitar kita banyak tukang peras wartawan, polisi aparat hukum.
Saya sebelum berhenti, curhat ke rumah pak Sekda dan bilang disitu saya belum bisa berubah jadi setan, karena disekitar kita banyak setan jadi saya tidak nyaman…”
dan saat saya mengeluhkan kebijakan tanpa ampun pimpinan menunjuk dan menugaskan saya sebagai PPK untuk 90an kegiatan dengan memanfaatkan sumber dana APBD Tahun 2016, dimana 80 diantaranya merupakan paket fisik konstruksi, dengan total dana 220 Milyar, maka Beliau pun mengingatkan saya kembali…
“Ya uleh2an malu sambil berstrategi untuk diri sendiri. Buat hiburan untuk diri sendiri.
Ingat anak istri itu yang utama…
Jika terjadi apa2 dengan kita, atasan di kantor paling ikut bela sungkawa. Tetapi anak istri akan menderita.
Jadi harus tetap ada waktu utk anak istri…”
Comments
Post a Comment