Skip to main content

Menyegarkan Pikiran

Ada kemiripan pola antara suasana hati yang dirasa oleh seorang diabetesi, pegawai negeri dengan tingkat kejenuhan yang tinggi dengan megap megap nya update postingan blog pandebaik.com akhir akhir ini.
Semua bersumber dari pikiran.

Ya, rasanya memang nyaris ndak ada pembaharuan dari rutinitas harian maupun aktifitas yang dilakoni sejauh ini.
Maka bisa jadi, penyegaran pikiran ini sangatlah penting dilakukan.

Ditemani teriakan the Exploited yang menjual album dengan Beat the Bastard bertahun silam, kaki mulai melangkah cepat di trotoar merah pinggiran GOR Lila Bhuana.
Sengaja menyasar panasnya matahari pagi, guna lebih memberi asupan oksigen yang lebih baik hari ini.

Tiga Putaran pun terlampaui. Satu percobaan dimana dari segi jarak tempuh kelihatannya lebih panjang dari Lapangan Puputan yang biasa dilakoni atau Lapangan Lumintang yang baru sekali dua dijajaki.
Banyak kenangan masa lalu yang muncul disini.

Setidaknya tembok pagar yang mengelilingi GOR Ngurah Rai, yang tampak diperbaharui hanyalah sisi barat dan utaranya saja. Sementara sisi timur dan selatan, bagian belakang masih tampak sama dengan apa yang kuingat dua puluh tahunan lalu. Saat jalan ini kulalui dengan langkah santai pulang dan berangkat sekolah ke SMPN 3 di timur sana. Tak banyak yang berubah, bathinku.
Termasuk Tembok GOR yang sudah tampak kusam, rusak meski masih bisa kokoh berdiri. Kelihatannya memang tak ada upaya perawatan lagi sejauh ini.

Aku jadi ingat seorang kawan lama, teman SD. Kalo tidak salah ia siswa pindahan saat menginjak di kelas 5. Namanya Helmi, anak Jakarta. Ia tinggal di bangunan yang tempo hari ditempati Bank Aken, utara jalan Supratman, depan gerbang utara GOR.
Anaknya periang, tapi belakangan aku dengar dia menipu banyak kawan di sekolahnya SMA. Kasian juga…

Melihat asrama polisi Brimob yang kini sedang direnovasi pun memberi ingatan baik dan buruk yang selalu membekas hingga kini.
Baik karena di sisi selatan asrama, kami memiliki kawan saat menginjak kelas 2 SMP, bermana Swi asal Buleleng, yang orang tuanya berdinas di lokasi tersebut. Lalu lalang perwira pun tampak biasa saat itu.
Ingatan Buruk karena dekat situ ada anak anak yang siap ngompasin siapa saja yang kedapatan lewat sendiri, termasuk aku yang saat itu mengorbankan topi diambil oleh salah satu dari mereka gegara tak mau mengikuti ancaman ybs.
Semua masih lekat terbayang.

Tapi ada bagusnya juga.
Bahwa pikiran bisa sedikit disegarkan, minimal selain menambah semangat untuk menjalani hari, terbersit beberapa ide menulis juga tadinya. Tentang banyak hal termasuk keluh kesah ini.

Semoga bisa lebih baik kedepannya.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.