Skip to main content

Wartawan Kampret, Peras Pejabat demi Kantong Pribadi

Kampret !!!
Ini kali ketiga sudah saya mendapatkan surat model beginian. Yang terakhir asalnya dari wartawan atau tepatnya PimRed sebuah media yang mengakunya sih bicara soal Hukum dan Keadilan, menyampaikan perihal kerusakan fisik pada paket kegiatan yang kami tangani di tahun sebelumnya, menyinggung soal Kontrak Kerja dan hukum pengadaan, lalu mempertanyakan kemanakah dana pemeliharaan paket yang sebesar 5 % dialihkan ? Dikorupsi PPK ?

Kampret benar sebetulnya.
Karena dengan melihat kerusakan yang ada tanpa dikonfirmasi pada pihak setempat apa penyebabnya, si wartawan langsung mengambil gambar dan mengklaim bahwa kerusakan merupakan tanggung jawab kami yang teledor atas pengawasan pada kualitas material terpasang atau metode kerja rekanan yang asal-asalan. Hanya atas asumsi dan pengamatannya saja. Padahal alasan yang tepat sesungguhnya bisa dikonfirmasi pada masyarakat terdekat, apalagi jika paket pekerjaan yang kami tangani ada di depan rumah mereka.

Saat kami sampaikan bahwa Laporan mereka tidak memenuhi unsur penulisan secara sudut mata Jurnalisme, 5W plus 1 H yang dahulu pernah diajarkan senior kami di extra kurikuler magang majalah sekolah, si Pimred memilih diam. Bisa jadi menyadari bahwa berita yang ingin ia ungkap pada publik dan tentu saja aparat pemeriksa kelak hanya merupakan cerita asumsi tanpa mampu menjelaskan kondisi lapangan yang sebenarnya. Bisa juga mencoba mencari celah lain dengan pertanyaan-pernyataan yang menyudutkan, hasil dengar-dengar di luar tanpa dibarengi oleh logika teknis yang sebenarnya kami yakin, masyarakat awampun paham.

Ini Wartawan Kampret, bathin saya dalam hati. Beraninya melakukan percobaan pemerasan pada para pejabat pemerintah, yang bisa jadi salah duanya juga memiliki pola pikir penanganan proyek yang kampret, apalagi menggunakan uang negara. Tidak semua tentu saja.
Padahal sejatinya hanyalah sebuah Gertak Sambal seperti yang pernah disampaikan pada kawan saya yang berstatus jurnalis tulen.
Jika kebetulan dipercaya dan target kena diperdaya, ya pundi pundi ‘kerjasama’ dijamin mengalir ke kantong pribadi, atas harapan agar kesalahan yang dilakukan tidak terekspose lebih lanjut ke publik, atau lebih parahnya lagi, ke penyidik.

Pada kali pertama, kami berupaya untuk cukup kooperatif dengan mengklarifikasi secara pemeriksaan lapangan dan surat jawaban tanpa melakukan klarifikasi lebih lanjut, yang berakibat pada pemberitaan negatif tetap dipublikasi tanpa sedikitpun mempertimbangkan klarifikasi awal dan ditembuskan pada aparat pemeriksa. Demikian halnya kali kedua, meskipun kami mendapatkan intimidasi dari penyidik dalam jangka waktu yang cukup lama, namun tetap bersikukuh bahwa proses yang kami lakukan adalah benar, ada banyak waktu dan juga tenaga percuma dikeluarkan untuk satu proses formalitas yang mubazir. Karena pada akhirnya kasus dinyatakan clear dan berakhir.
Meski pada kasus kedua ini kami menemukan titik terang yang direkam dalam sebuah percakapan dua arah berdurasi 10.21 menit, dimana didalamnya tersampaikan dengan jelas bahwa kasus akan selesai sedari awal jika saja kami mau bekerja sama, menerbitkan iklan, mengucapkan Selamat Tahun Baru dengan penentuan tarif sejumlah uang tertentu. Kampret bukan ?

Sedangkan yang ketiga ini ndak sampai berumur seminggu, semua sudah jelas terbaca. Bahwa kami diminta bekerja sama untuk membesarkan media yang mereka miliki agar tetap bisa eksis di masyarakat. Coba, apa artinya menurut kalian ?
Apabila kami mau bekerja sama, maka berita *eh cerita tuduhan yang disampaikan kepada kami melalui media Surat resmi ditandatangan dan dicap basah dapat berputar 180 derajat baik kalimat dan maksud yang disampaikan nanti.
Ditambahkannya pula, bahwa Surat sebagaimana yang disampaikan kepada kami sesungguhnya belum mereka tembuskan dan sampaikan kepada pihak-pihak terlampir, sebagai bentuk meyakinkan target korban, bahwa masih ada celah yang bisa dinegosiasikan kedepannya.

Ini merupakan klarifikasi langsung yang bersangkutan pasca kami tantang untuk melakukan pemeriksaan lapangan secara bersama-sama, antara Wartawan yang mereka miliki, dengan Tim Teknis juga Rekanan Pelaksana dan Pengawas. Tentu harapan kami bisa melibatkan aparat desa dan masyarakat, Agar jelas apa dan dimana lokasi kerusakan dimaksud, serta penyebabnya.

Jaman KPK kayak gini kok masih berani main-main ?

Meski kami sadari bahwa jika kasus ini diungkap ke permukaan, image masyarakat akan cenderung negatif kepada kami, pihak pelaksana kegiatan lantaran image secara umum yang melekat selama ini. Namun apa yang kami yakini sederhana saja.

Dengan berupaya melaksanakan kegiatan dengan baik dan benar saja, masih ada kok celah kesalahan yang berpotensi dialamatkan oleh para ahlinya, mengingat posisi kami yang ada pada tahapan pembelajaran. Apalagi memang sejak awal berpikiran untuk melakukan hal yang salah ?

Makin Kampret aja kelihatannya…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.